Rumput Laut
Rumput laut, sea weeds atau secara ilmiah dikenal dengan
istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang
merupakan tumbuhan berklorofil. Adapun Macam-macam dari alga yaitu : alga
hijau (clorophyta), alga coklat (phaeophyta), dan alga merah (rhodophyta).
Rumput laut (atau lebih tepatnya gulma laut) adalah alga makroskopik yang hidup
di perairan. Layaknya alga lainnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang,
dan daun sejati. Seluruh bagian rumput laut disebut talus (thallus). Talus pada
rumput laut ada yang tanpa percabangan dan bercabang-cabang dengan sifat mulai
dari lunak, keras (diliputi zat kapur), seperti tulang rawan, hingga
berserabut. Karena tidak memiliki akar, rumput laut hidup dengan menempel pada
substrat (fitobintes) baik pasir, lumpur, kayu, karang mati, maupun kulit
kerang. Rumput laut hidup di perairan laut dangkal hingga kedalaman 200 meter.
Daerah persebarannya mulai dari perairan beriklim tropis, subtropis, hingga
perairan dingin.
Istilah rumput laut sudah lazim dikenal dalam dunia
perdagangan. Istilah ini merupakan terjemahan dari kata “seaweed”. Rumput laut
sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sejak zaman kekaisaran Shen Nung
sekitar tahun 2700 sebelum masehi. Rumput laut pada masa itu dimanfaatkan
sebagai obat-obatan dan bahan makanan oleh masyarakat timur. Kemudian tahun 65
sebelum masehi rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan untuk alat-alat
kecantikan pada masa kekaisaran Romawi. Rumput laut digunakan sebagai
pupuk sejak abad ke 4 kemudian digunakan secara besar-besaran setelah abad ke
12 oleh Perancis, Irlandia dan Skotlandia. Secara ekonomis, rumput laut baru
dimanfaatkan sekitar tahun 1670 diCina.Pemanfaatan rumput laut di Indonesia
pertama kali di ketahui oleh orang-orang Eropa pada tahun 1292 yang melayari
perairan Indonesia, mereka mencatat bahwa penduduk yang mendiami pulau-pulau di
nusantara telah mengumpulkan alga laut sejak berabad-abad lamanya untuk
sayuran, namun penggunaanya masih sedikit dan terbatas pada keluarga nelayan
saja. Secara resmi pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia mulai
dirintis sejak tahun 1980-an dalam upaya megubah kebiasaan penduduk pesisir
dari pengambilann sumber daya alam kearah kearah budidaya rumput laut yang
ramah lingkungan. Usaha budidaya ini selain dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat pembudidaya juga dapat digunakan untuk mempertahankan kelestaria
lingkungan perairan pantai. Pengembangan budidaya rumput laut mempunyai
keunggulan dalam hal :
1.
Produk yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam,
2.
Tersedianya lahan untuk budidaya yang cukup luas serta,
3.
Mudahnya teknologi budiday yang diperlukan.
- Jenis Rumput laut yang di budidayakan
Terdapat beragam jenis rumput
laut yang telah dibudidayakan, namun terdapat beberapa jenis rumput laut
unggulan yang telah dibudidayakan dan berpotensi di Indonesia. Berikut
diantaranya jenis jenis rumput laut, yaitu :
1.
Gelidium
Sp.


Rumput laut jenis
ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah).
Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin. Gelidium
sp. memiliki panjang kurang lebih 20 cm dan lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna
merah, coklat, hijau-coklat atau pirang. Organ reproduksinya berukuran
makroskopis. Rumput laut jenis ini memiliki warna yang bervariasi, hal ini
terkait fungsi
cahaya matahari bagi tumbuhan rumput laut di mana ada besar kecilnya intensitas cahaya berpengaruh terhadap
warna. Di Indonesia sendiri memiliki 8 spesies dari jenis rumput laut ini. Adapun
sentra budidaya rumput laut Gelidium sp. terdapat di pesisir Kepulauan
Seribu, Kepulauan Riau, Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berbagai jenis Gelidium
sp. di Indonesia dan negara lain dimanfaatkan sebagai bahanbaku pabrik agar-agar dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor. Kandungan agar-agarnya
berkisar antara 12-48%.
Rumput laut jenis
ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah).
Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin. Gelidium
sp. memiliki panjang kurang lebih 20 cm dan lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna
merah, coklat, hijau-coklat atau pirang. Organ reproduksinya berukuran
makroskopis. Rumput laut jenis ini memiliki warna yang bervariasi, hal ini
terkait fungsi
cahaya matahari bagi tumbuhan rumput laut di mana ada besar kecilnya intensitas cahaya berpengaruh terhadap
warna. Di Indonesia sendiri memiliki 8 spesies dari jenis rumput laut ini. Adapun
sentra budidaya rumput laut Gelidium sp. terdapat di pesisir Kepulauan
Seribu, Kepulauan Riau, Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berbagai jenis Gelidium
sp. di Indonesia dan negara lain dimanfaatkan sebagai bahanbaku pabrik agar-agar dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor. Kandungan agar-agarnya
berkisar antara 12-48%.
1.
Glacilaria
Verrucosa

Rumput laut jenis ini merupakan
salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Sama seperti jenis
rumput lainnya, G. verrucosa memiliki bentukan yang menyerupai akar,
batang, daun, atau buah yang disebut thallus. Ciri-ciri umum G.
verrucosa pada bentuk thallusnya yang menipis dan silindris dengan
bentukan percabangan yang tidak teratur. Pada pangkal percabangan
thallusnya menyempit. Umumnya ujung thallus G. verrucosa meruncing
dengan permukaan yang halus namun terkesan berbintil. Diameter thallus G.
verrucosa berkisar antara 0.5 – 4.0 mm. Jenis rumput laut ini pada habitat
aslinya mendiami wilayah 300-1000 m dari garis pantai. G. verrucosa
termasuk rumput laut yang bersifat euryhalin yaitu kemampuan untuk dapat hidup
pada perairan bersalinitas 15-30 ppt. Pertumbuhan G. verrucosa diketahui
lebih baik di tempat dangkal yang memiliki intensitas cahaya tinggi dari pada
di tempat dalam. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan adalah 20-28o C
dan pH optimum antara 6-9. Selain itu, substrat tempat melekatnya G.
verrucosa berupa batu, pasir dan lumpur. Gambaran umum rumput laut adalah
macrobenthic (besar dan melekat), organisme autotrof, membutuhkan cahaya untuk
keberlangsungan hidupnya sehingga rumput laut tidak dapat hidup pada kedalaman
laut yang tidak ada cahaya. Wilayah penyebaran G. verrucosa di Indonesia
meliputi di wilayah Sulawesi selatan (Jeneponto, Takalar, Sinjai, Bulukumba,
Wajo, Paloppo, Bone, Maros), Sulawesi tenggara dan Sumbawa barat. Daerah
budidaya Gracilaria terdapat di Sulawesi selatan, Lombok barat, Sumbawa, Pantai
utara Jawa, Serang, Lamongan dan Sidoarjo. G. verrucosa juga ditemukan
hidup di teluk atau laguna yang keruh dangkal dekat dengan aliran air tawar
yang mengandung banyak nutrien. Biasanya melekat di batu pasir, lumpur dan jenis
jenis terumbu karang.
2.
Eucheuma
Spinosum
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu
spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Thallus berbentuk silindris,
percabangan thallus berujung runcing dan ditumbuhi tonjolan, berupa duri lunak.
Permukaan tubuhnya licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning atau
merah ungu. Variasi warna ini terkait dengan kemampuan adaptasi karomatik dari
jenis rumput laut ini yang tergantung dari intensitas cahaya matahari yang
diterima. Tinggi E. spinosum dapat mencapai 30 cm dan percabangan
thallus pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri
khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari, ada yang memanjang dan ada
yang melengkung. Eucheuma spinosum tumbuh pada perairan yang jernih,
dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya menempel pada berbagai
jenis jenis terumbu karang. Persyaratan hidup lainnya yaitu terdapat arus.
Umumnya di sekitar rumput laut akan banyak terdapat jenis
jenis plankton. Untuk di Indonesia
sendiri masih baru dibudidayakan dalam skala besar didaerah Madura – Sumenep
dan Bali. Adapun rumput laut E. spinosum adalah salah satu komoditas
ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Rumput laut E. spinosum
diambil karaginannya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
3.
Eucheuma
Cottonii

Rumput laut jenis ini merupakan
salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). E.
cottonii dapat dibedakan dari thallusny di mana thallusnya bercabang-cabang
berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar
(sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk
melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau
hijau kuning. Spina Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi thallus dan
cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning,
abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Habitat dari E. cottonii ini adalah pada daerah pasang surut,
rataan terumbu karang, menempel pada substrat yang keras. Pertumbuhan rumput
laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain jenis, galur, bagian
thalus dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain
keadaan fisik dan kimiawi perairan. Sentra wilayah budidaya rumput laut jenis
ini terdapat di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali,
Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat. E. cottonii
diambil kandungan kimiawinya yaitu karagenan dan dimanfaatkan dalam industri
kosmetika, makanan, dan obat-obatan.
4.
Acanthopora
Spicifera

Rumput laut jenis Acanthopora
sp. merupakan salah satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Thallus
silindris, percabangan bebas, tegak, terdapat duri-duri pendek sekitar thallus
yang merupakan karakteristik jenis ini. Tubuh berwarna coklat tua atau coklat
kekuning – kuningan. Rumpun lebat dengan percabangan kesegala arah. Tumbuh pada
substrat batu atau substrat keras lainnya seperti beberapa jenis terumbu karang
dan dapat bersifat epifit. A. spicifera menghasilkan alanine dan
aspartic acid. Jenis rumput laut ini masih sedikit dibudidayakan di Indonesia
dan biasanya dimanfaatkan sebagai makanan ringan dan makanan olahan.
5.
Chondrococcus
Hornemanni

Rumput laut jenis C.
hornemannii merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput
laut merah). Thallus pipih, permukaan halus, membentuk rumpun kecil tetapi
sangat rimbun saling bertumpukan. Percabangan berselang-seling teratur,
merapat, tubuh berwarna merah-ungu atau pirang. Tumbuh umumnya di daerah ujung
luar bagian terumbu karang yang senantiasa terendam air, melekat pada
substrat batu dan terumbu karang dengan holdfast
yang berbentuk cakram kecil.
Rumput laut merah jenis C. hornemannii menghasilkan produk kimia
karagenan serta dimanfaatkan sebagai bahan dasar agar agar dan kosmetik.
1.
Hypnea
Rumput laut jenis Hypnea sp.merupakan salah
satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Cir khas dari rumput laut jenis ini
adalah mempunyai thallus yang lurus, bercabang lemah, berwarna coklat atau
kehijau-hijauan tergantung intensitas cahaya matahari dan kedalaman tempat
tumbuh. Sepanjang thallus terdapat rambut-rambut yang halus. Sama
seperti rumput laut merah jenis lain Hypnea sp.dimanfaatkan dan
diambil karagenannya sebagai bahan baku berbagai industri. Perkembangbiakan
tumbuhan rumput laut jenis
ini dalam budidayanya biasanya diperbanyak dengan vegetatif buatan yaitu
menggunakan stek thallus.
2.
Ulfa
Lactuca

Rumput laut jenis Ulva
sp.atau selada laut (sea lettuce) adalah rumput laut
yang tergolong dalam divisi Chlorophyta (rumput laut hijau). Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel-sel
mengandung banyak mengandung klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada
rumput laut ini. Habitatnya adalah di air laut dan morfologinya berupa thallus
tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi
jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali
pada sel-sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid penempel.
Masing-masing sel pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan
kloroplas berbentuk cangkir dan sebuah pirenoid. Ulva lactuca memiliki
panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel terang, dan memiliki bentuk
strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi yang halus tapi bergelombang. Bagian tengah dari setiap helaian
seringkali berwarna pucat dan semakin kearah tepi warnanya semakin gelap. Pada
daerah tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona
intertidal bagian atas sampai kedalaman 10 meter). Pada substrat yang tepat,
seringkali melakukan asosiasi dengan daerah yang memiliki nutrien yang tinggi
(contohnya bakau) atau dekat
sumber air tawar. Spesies ini, memiliki blade berwarna hijau terang, rapuh, berkerut, berbentuk lonjong atau bulat, memiliki diameter lembaran blade
sepanjang 65 cm, dan hidupnya di zona intertidal atau di daerah yang dangkal.
Sentra budidaya rumput laut jenis ini ada di kawasan Gunung Kidul, Pantai
Baron, Yogyakarta.
3.
Sargassum
Rumput laut jenis Sargassum sp ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Spesies ini
dapat tumbuh sampai panjang 12 meter. Tubuhnya berwarna cokelat kuning
kehijauan. Ciri umumnya memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, pipih,
licin, batang utama bulat agak kasar dan holdfast (bagian yang digunakan
untuk melekat) berbentuk cakram. Cabangnya
rimbun menyerupai pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau
seperti pedang. Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna
thallus umumnya coklat. Cabang pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm
dari holdfast. Percabangan berselang- seling secara teratur. Bentuk daun
oval dan memanjang berukuran (40×10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang,
berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah)
berbentuk lonjong,
ujung meruncing berukuran (7×1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini
mampu tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak. Rumput laut Sargassum
sp. telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber
gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum).Karbohidrat
yang disimpan sebagian besar tersedia dalam bentuk laminaran
(polisakarida glukosa; terbentuk dari proses
fotosintesis), disertai dengan pati dalam jumlah tertentu tergantung
spesiesnya. Dinding selnya terbuat dari selulosa dan asam protein alginate di
mana kandungan terbesarnya adalah alginat yang merupakan asam alginik. Sargassum
sp. tersebar luas di Indonesia dan tumbuh di perairan yang terlindung maupun
yang berombak besar pada habitat bebatuan.Sargassum sp.tumbuh
di daerah intertidal, subtidal, sampai
daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0.5-10 m
dan dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan suhu perairan 27.25 – 29.3oC
dan salinitas 32 – 33.5%. Kebutuhan intensitas cahaya matahari lebih tinggi
karena kandungan klorofil pada Sargassum sp lebih banyak.
4.
Turbinaria
Sp.
Rumput laut jenis Turbinaria sp. ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Ciri dari
rumput laut jenis ini adalah struktur thalus agak keras atau kaku,
phyloidnya atau blade menyerupai turbin atau seperti sebuah corong yang pada
sisinya bergerigi, bagian tengah blade melengkung ke dalam, terdapat kantong
udara di bagian phyloid. Terdapat banyak cabang lateral yang menyerupai daun
biasa yang disebut filoid. Reseptakel mempunyai operculum dengan bulu memanjang
tanpa warna yang berfungsi sebagai pengatur pelepasan gamet. Hidup pada karang
rhizoid, contoh pada spesies Turbinaria ornate akan terlihat menyebar
pada permukaan karang di zona intertidal. Dapat hidup dalam kelompok kecil
maupun ada dalam kelompok yang penyebarannya sangat luas. Sebagian besar
berwarna cokelat kekuningan sampai cokelat tua dengan bintik-bintik cokelat
tua. Persebaranya di Indonesia telah banyak yang membudidayakan rumput laut
jenis ini.
- Potensi Rumput laut pada
industri
Pada
tingkat industri, dampak sosial dan ekonomi pengembangan industri pengolahan
berbasis komoditi rumput laut juga sangat positif, paling tidak apabila dilihat
dari beberapa alasan sebagai berikut :
1.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki keberlanjutan yang sangat baik dan didukung oleh ketersediaan pasokan
bahan baku yang baik, sehingga terhindar dari berbagai biaya kelangkaan bahan
baku.
2.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki akses dan potensi pasar yang sangat luas, dikarenakan permintaan dan
penggunaaan hasil pengolahan rumput laut yang semakin meluas (makanan, minuman,
kosmetik, cat, kertas, dan lain-lain), sementara dari sisi penawaran tidak
banyak negara dan daerah yang mampu menyediakan bahan baku rumput laut, dan
Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menyediakan bahan baku rumput
laut.
3.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga dapat dilakukan oleh pelaku yang sama dengan pelaku budidaya rumput
laut, karena dapat dikembangkan dengan skala rumah tangga maupun skala
industri, sehingga waktu tunggu panen, selain digunakan untuk perawatan budidaya,
juga dapat digunakan untuk pengolahan rumput laut hasil budidayanya. Dengan
demikian, industri pengolahan rumput laut ini dapat dikembangkan di lingkungan
masyarakat, sehingga manfaat yang diterima masyarakat semakin besar dan nyata.
4.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga relatif tidak membutuhkan peralatan dengan investasi tinggi dan tidak
juga membutuhkan keahlian khusus yang terlalu tinggi. Kebutuhan akan
kualifikasi tinggi, seperti pengukuran standar kadar tertentu dapat dibantu
oleh tenaga pendamping atau petugas lapangan dari dinas terkait di daerah.
5.
Untuk pengembangan rumput laut
Gracillaria dan Cottoni menjadi agar-agar dan karaginan membutuhkan peralatan
yang sama dengan proses yang berbeda sehingga untuk pengolahan lebih lanjut
menjadi makanan dan minuman berbasis rumput laut dapat dikembangkan kelembagaan
yang melibatkan kelompok tani rumput laut, industri kecil makanan dan minuman.
- Kandungan Rumput laut
Rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat,
kandungan serat (dietary fiber) pada rumbut laut sangat tinggi. Serat makanan
terdiri dari serat kasar ( crude fiber ) dan serat makanan (dietary fiber).
Serat kasar adalah serat secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid)
atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan
yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.
Rumput laut juga diketahui kaya akan nutrisi
esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino mineral, tracee element
khususnya yodium, dan vitamin A,B,C,D,E, dan K. Selain itu, rumput laut juga
bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki system peredaraan darah
dan system pencernaan . nilai nutrisi rumput laut Eucheuma cottoni dapat
dilihat pada berikut :
Tabel : Komponen nutrisi rumput laut Eucheuma
cottoni

Jenis-jenis rumput
laut yang sudah diketahui dapat digunakan di berbagai industri adalah yang
menjadi sumber karaginan, agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama agar-agar. Alginofit adalah rumput laut coklat
(Phaeophyceae) yang mengandung bahan utama polisakarida alginat .
1.
Rumput laut yang mengandung
karaginan adalah dari marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota
karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe
Cottonii dan lambda karaginan. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel
atau lunak. Kappa karaginan berupa jeli bersifat kaku dan getas serta keras.
Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair
yang viscous. E. cottonii dan E. spinosum merupakan rumput laut yang secara
luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku industri di dalam negeri
maupun untuk ekspor.
Industri
karaginan berkembang pesat dengan ditemukan berbagai jenis rumput laut lain
yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis
dengan biaya relatif lebih murah. Volume pasar produk karaginan (Jasuda,2013)
mencapai 15.000-20.000 ton per tahun yang tersebar di Eropa (35%), Asia Pasifik
(25%), Amerika Utara (25%), dan Amerika Selatan (15%). Mayoritas penggunaan
karaginan untuk kebutuhuan industri makanan dan minuman, serta industri
kosmetik dan farmasi.
2.
Agarofit adalah jenis rumput laut
penghasil agar. Jenis-jenis rumput laut tersebut adalah Gracilaria sp,
Gellidium sp, dan Gelidiella sp. Agaragar merupakan senyawa kompleks
polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan
dengan suatu proses pemurnian yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini
dikenal dengan nama agarose. Produksi agar-agar sebagian besar menggunakan
rumput laut hasil budidaya. Kebutuhan agaragar dunia mencapai 10.000 ton per
tahun dengan konsumen utama: Jepang (2.000 ton per tahun), Amerika Serikat
(1.000 ton per tahun dimana 80% berasal dari impor), dan Jerman (210 - 400 ton
per ton). Negara Asia yang banyak menggunakan agar-agar antara lain Thailand,
Singapura dan Malaysia
3.
Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil
alginat. Jenis-jenis rumput laut coklat penghasil alginat tersebut adalah
Sargassum sp, Turbinaria sp, Laminaria sp, Ascophyllum sp, dan Macrocystis sp. Alginat
umumnya diekstrak dari rumput laut coklat yang sekarang banyak dibudidayakan
karena harganya mulai mahal untuk memenuhi kebutuhan industri. Nilai produksi
tahunan alginat sekitar USD$ 213 juta. Penggunaan alginat sangat luas mulai
dari industri briket batubara, kosmetik keramik, keju, es krim, pasta gigi,
cat, ban, semir dan kertas. Tak tertutup kemungkinan penggunaan produk turunan
dari rumput laut ini semakin meluas lagi di masa mendatang. Di Indonesia,
Sargassum sp dan Turbinaria sp merupakan sumber utama alginat, tetapi karena
kandungan alginat dalam kedua rumput coklat tersebut relatif tergolong rendah,
sehingga secara ekonomis kurang menguntungkan dan belum banyak dibudidayakan di
Indonesia. Permintaan Sargassum sp masih sangat terbatas

Gambar : Pohon industri rumput laut berdasarkan jenis
senyawa yang di hasilkan
A.
KARAGINAN
Karaginan merupakan
kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi dari rumput laut dari spesies
tertentu kelas alga merah ( rhodophyceae)
jenis Chondrus, Eucheuma,Irdaea, dan
Phyllophora. Yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali pada
temperature tinggi. Sebagian
besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat
pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro galactose.
Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik
sebagai bahan pembuat gel, perenyah, pengental atau penstabil.
Karagenan dapat
diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam
industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan,
dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat dimakan oleh
manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu,
karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan
utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
Pada dasarnya rumput
laut memiliki kandungan kimia karagenan. Menurut Craigie (1978), karagenan
terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks instraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyususn yang besar dari beratkering rumput laut
dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan
jenis polisakarida Rhodophyceae. Menurut federal register, polisakarida
tersebut harus harus mengandung 20% sulfat berdasarkan berat kering untuk
diklasifikasikan sebagai karagenan. Berat molekul karagenan tersebut cukup
tinggi, yaitu 100-800 ribu Dalton (DeMan, 1989). Karagenan merupakan senyawa
polisakarida yang disusun oleh senyawa 3,8 anhidro galaktosa, yang
diperolehdari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas
(Hot Water) atau larutan alkali pada temperature tinggi. Karagenan merupakan
nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida linier yang diperoleh dari alga
merah dan penting untuk pangan.
Senyawa-senyawa polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang
bersifat asam dan stabil dalam suasana basa. Doty (1985), membedakan karaginan
berdasarkan kandungan sulfatnya menjadi dua fraksi yaitu kappa karaginan
yang mengandung sulfat kurang dari 28% dan iota kariganan jika
lebih dari 30%. Winarno (1996) menyatakan bahwa kappa karaginan
dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii, iota
karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum, sedangkan lambda karaginan
dari Chondrus crispus, selanjutnya membagi karaginan menjadi tiga fraksi
berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa,iota dan lambda
karaginan.
-
Macam-macam karagenan
Di alam ini, terdapat tiga jenis
karagenan yang dapat ditemukan secara luas di berbagai perairan di dunia.
Ketiganya dibedakan berdasarkan struktur molekul yang mengakibatkan perbedaan
sifat fisik dan karakteristik penggunaannya dalam industri pangan. Ketiga jenis
karagenan ini adalah kappa, iota dan lambda. Perbedaan ketiganya terletak pada
perbedaan posisi gugus estersulphate dan jumlah residu 3,6-anhydro D-galactose..
1.
Kappa karaginan
Karagenan kappa memiliki struktur D-galactose dan
beberapa gugus 2- sulfate ester pada 3,6-anhydro D-galactose yang ditunjukan
gambar. Gugus 6- sulfate ester mengurangi daya kekuatan gel namun dapat
mengurangi loss akibat pengolahan
dengan menggunakan basa. Hal ini akan memberikan keteraturan rantai yang lebih
baik.
Struktur dasar kappa karaginan dapat dilihat pada gambar berikut :

2.
Iota karaginan
Iota karaginan ditandai dengan
adanya 4-sulfat ester pada setiap residu Dglukosa dan gugusan 2-sulfat ester
pada setiap gugusan 3,6 anhidro-Dgalaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat
dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti halnya kappa karaginan. Iota
karaginan sering mengandung beberapa gugusan sulfat ester yang menyebabkan
kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan dengan pemberian alkali
(Winarno 1990). Struktur
dasar iota karaginan dapat dilihat pada gambar berikut: 
3.
Lambda karaginan
Lambda karaginan berbeda dengan kappa dan iota
karaginan, karena memiliki sebuah residu disulfat α (1,4) D-galaktosa. Tidak
seperti halnya pada kappa dan iota karaginan yang selalu memiliki gugus 4-
phosphat ester. (Winarno 1990). Struktur dasar lambda karaginan dapat dilihat
pada gambar berikut:

-
Sifat fisik karaginan
1.
Kelarutan
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik
di dalam air panas. Namun karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air
dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik
pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu,
larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan
memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan faktor yang cukup penting dalam
penggunaan karagenan dalam sistem pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada
temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan
yang cukup rendah.
2.
Kestabilan asam
Larutan karagenanakan kehilangan karakteristik gel
dan kekentalannya dalam sistem dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah
pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk
ikatan 3,6- anhydro galactose. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan
temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya
autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah
daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan
ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam,
dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh
karagenan untuk mencegah penguraian polimer. Waktu pembentukan gel akan
bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun pangan lainnya seperti
garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan dijaga minimum. Dalam
sistem dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan untuk larutan karagenan
menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian besar makanan utama.
3.
Viskositas
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem
larutan. Suspensi koloid dalam larutan dapat ditingkatkan dengan cara
mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid.
Viskositas hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : konsentrasi,
suhu, kandungan sulfat inti elektrik, teknik perlakuan, keberadaan elektrolik
dan non elektrolik. Selainitu, tipe karaginan dan berat molekul karaginan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi viskositas suatu cairan.
Viskositas (kekentalan) merupakan sifat suatu cairan
yang menunjukkan adanya tahanan dalam atau gesekan pada cairan yang bergerak.
Pada zat cair viskositas disebabkan oleh gaya kohesif antar molekulnya
sedangkan pada gas viskositasnya berasal dari tumbukantumbukan antar molekulnya.
Pada konsentrasi yang tinggi, karaginan dapat
membentuk larutan yang sangat kental dengan struktur makro molekulnya yang
linier atau tidak bercabang dan bersifat polielektrolit. Adanya gaya tolak
menolak dari grup ester sulfat bermuatan sama yaitu negatif di sepanjang rantai
polimer, menyebabkan molekul ini kaku dan tertarik kencang. Garam-garam akan
menurunkan viskositas karaginan dengan cara mcnurunkan tolakan elektrostatik
diantara gugus sulfat. Semakin kecil kandungan sulfat maka nilai viskositasnya semakin
kecil pula, tetapi konsentrasi gelnya semakin meningkat. Viskositas karaginan
menurun drastis dengan naiknya suhu.
4.
Karakteristik gel
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai
membentuk gel ketika sistem tersebut didinginkan pada temperatur 40 ºC dan 60ºC
bergantung pada kehadiran kation. Gel karagenan bersifat reversible dan
memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan antara temperatur penentuan
gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada temperatur ruangan namun dapat
meleleh kembali dengan pemanasan 5 20ºC di atas temperatur pembentukan gel.
Dengan pendinginan gel kembali akan membentuk gel. Komposisi ionik dari sistem
pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan. Misalnya, karagenan kappa
lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona sambungan yang melingkupi
karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit rapuh. Karagenan iota
memilih ion kalsium untuk menjembatani
rantai untuk memberikan pengaruh gel yang lembut elastik.
-
Manfaat karaginan
Karaginan sangat penting peranannya sebagai
stabilizer (penstabil), thickener (pengental), gelling agent (pembentuk gel),
emulsifying agent (pengemulsi) dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan
dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan
industri lainnya . Beberapa jenis produk yang memanfaatkan karaginan sebagai
stabilisator adalah jeli, sirop, selai dan salad.
Karaginan juga berfungsi sebagai pensuspensi,
pengikat (binder), pelindung (protective agent), pencegah pelepasan air
(syneresis inhibitor) dan
pengikat bahan-bahan (flocculating agent) (Anggadireja dkk., 1993). Beberapa
produk yang memanfaatkan fungsi ini adalah es krim, keju, pudding dan susu
sterilisai coklat.
-
Standar mutu karaginan
yang berbentuk cakram kecil.
Rumput laut merah jenis C. hornemannii menghasilkan produk kimia
karagenan serta dimanfaatkan sebagai bahan dasar agar agar dan kosmetik.
1.
Hypnea
Rumput laut jenis Hypnea sp.merupakan salah
satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Cir khas dari rumput laut jenis ini
adalah mempunyai thallus yang lurus, bercabang lemah, berwarna coklat atau
kehijau-hijauan tergantung intensitas cahaya matahari dan kedalaman tempat
tumbuh. Sepanjang thallus terdapat rambut-rambut yang halus. Sama
seperti rumput laut merah jenis lain Hypnea sp.dimanfaatkan dan
diambil karagenannya sebagai bahan baku berbagai industri. Perkembangbiakan
tumbuhan rumput laut jenis
ini dalam budidayanya biasanya diperbanyak dengan vegetatif buatan yaitu
menggunakan stek thallus.
2.
Ulfa
Lactuca

Rumput laut jenis Ulva
sp.atau selada laut (sea lettuce) adalah rumput laut
yang tergolong dalam divisi Chlorophyta (rumput laut hijau). Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel-sel
mengandung banyak mengandung klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada
rumput laut ini. Habitatnya adalah di air laut dan morfologinya berupa thallus
tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi
jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali
pada sel-sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid penempel.
Masing-masing sel pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan
kloroplas berbentuk cangkir dan sebuah pirenoid. Ulva lactuca memiliki
panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel terang, dan memiliki bentuk
strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi yang halus tapi bergelombang. Bagian tengah dari setiap helaian
seringkali berwarna pucat dan semakin kearah tepi warnanya semakin gelap. Pada
daerah tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona
intertidal bagian atas sampai kedalaman 10 meter). Pada substrat yang tepat,
seringkali melakukan asosiasi dengan daerah yang memiliki nutrien yang tinggi
(contohnya bakau) atau dekat
sumber air tawar. Spesies ini, memiliki blade berwarna hijau terang, rapuh, berkerut, berbentuk lonjong atau bulat, memiliki diameter lembaran blade
sepanjang 65 cm, dan hidupnya di zona intertidal atau di daerah yang dangkal.
Sentra budidaya rumput laut jenis ini ada di kawasan Gunung Kidul, Pantai
Baron, Yogyakarta.
3.
Sargassum
Rumput laut jenis Sargassum sp ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Spesies ini
dapat tumbuh sampai panjang 12 meter. Tubuhnya berwarna cokelat kuning
kehijauan. Ciri umumnya memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, pipih,
licin, batang utama bulat agak kasar dan holdfast (bagian yang digunakan
untuk melekat) berbentuk cakram. Cabangnya
rimbun menyerupai pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau
seperti pedang. Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna
thallus umumnya coklat. Cabang pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm
dari holdfast. Percabangan berselang- seling secara teratur. Bentuk daun
oval dan memanjang berukuran (40×10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang,
berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah)
berbentuk lonjong,
ujung meruncing berukuran (7×1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini
mampu tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak. Rumput laut Sargassum
sp. telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber
gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum).Karbohidrat
yang disimpan sebagian besar tersedia dalam bentuk laminaran
(polisakarida glukosa; terbentuk dari proses
fotosintesis), disertai dengan pati dalam jumlah tertentu tergantung
spesiesnya. Dinding selnya terbuat dari selulosa dan asam protein alginate di
mana kandungan terbesarnya adalah alginat yang merupakan asam alginik. Sargassum
sp. tersebar luas di Indonesia dan tumbuh di perairan yang terlindung maupun
yang berombak besar pada habitat bebatuan.Sargassum sp.tumbuh
di daerah intertidal, subtidal, sampai
daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0.5-10 m
dan dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan suhu perairan 27.25 – 29.3oC
dan salinitas 32 – 33.5%. Kebutuhan intensitas cahaya matahari lebih tinggi
karena kandungan klorofil pada Sargassum sp lebih banyak.
4.
Turbinaria
Sp.
Rumput laut jenis Turbinaria sp. ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Ciri dari
rumput laut jenis ini adalah struktur thalus agak keras atau kaku,
phyloidnya atau blade menyerupai turbin atau seperti sebuah corong yang pada
sisinya bergerigi, bagian tengah blade melengkung ke dalam, terdapat kantong
udara di bagian phyloid. Terdapat banyak cabang lateral yang menyerupai daun
biasa yang disebut filoid. Reseptakel mempunyai operculum dengan bulu memanjang
tanpa warna yang berfungsi sebagai pengatur pelepasan gamet. Hidup pada karang
rhizoid, contoh pada spesies Turbinaria ornate akan terlihat menyebar
pada permukaan karang di zona intertidal. Dapat hidup dalam kelompok kecil
maupun ada dalam kelompok yang penyebarannya sangat luas. Sebagian besar
berwarna cokelat kekuningan sampai cokelat tua dengan bintik-bintik cokelat
tua. Persebaranya di Indonesia telah banyak yang membudidayakan rumput laut
jenis ini.
- Potensi Rumput laut pada
industri
Pada
tingkat industri, dampak sosial dan ekonomi pengembangan industri pengolahan
berbasis komoditi rumput laut juga sangat positif, paling tidak apabila dilihat
dari beberapa alasan sebagai berikut :
1.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki keberlanjutan yang sangat baik dan didukung oleh ketersediaan pasokan
bahan baku yang baik, sehingga terhindar dari berbagai biaya kelangkaan bahan
baku.
2.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki akses dan potensi pasar yang sangat luas, dikarenakan permintaan dan
penggunaaan hasil pengolahan rumput laut yang semakin meluas (makanan, minuman,
kosmetik, cat, kertas, dan lain-lain), sementara dari sisi penawaran tidak
banyak negara dan daerah yang mampu menyediakan bahan baku rumput laut, dan
Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menyediakan bahan baku rumput
laut.
3.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga dapat dilakukan oleh pelaku yang sama dengan pelaku budidaya rumput
laut, karena dapat dikembangkan dengan skala rumah tangga maupun skala
industri, sehingga waktu tunggu panen, selain digunakan untuk perawatan budidaya,
juga dapat digunakan untuk pengolahan rumput laut hasil budidayanya. Dengan
demikian, industri pengolahan rumput laut ini dapat dikembangkan di lingkungan
masyarakat, sehingga manfaat yang diterima masyarakat semakin besar dan nyata.
4.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga relatif tidak membutuhkan peralatan dengan investasi tinggi dan tidak
juga membutuhkan keahlian khusus yang terlalu tinggi. Kebutuhan akan
kualifikasi tinggi, seperti pengukuran standar kadar tertentu dapat dibantu
oleh tenaga pendamping atau petugas lapangan dari dinas terkait di daerah.
5.
Untuk pengembangan rumput laut
Gracillaria dan Cottoni menjadi agar-agar dan karaginan membutuhkan peralatan
yang sama dengan proses yang berbeda sehingga untuk pengolahan lebih lanjut
menjadi makanan dan minuman berbasis rumput laut dapat dikembangkan kelembagaan
yang melibatkan kelompok tani rumput laut, industri kecil makanan dan minuman.
- Kandungan Rumput laut
Rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat,
kandungan serat (dietary fiber) pada rumbut laut sangat tinggi. Serat makanan
terdiri dari serat kasar ( crude fiber ) dan serat makanan (dietary fiber).
Serat kasar adalah serat secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid)
atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan
yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.
Rumput laut juga diketahui kaya akan nutrisi
esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino mineral, tracee element
khususnya yodium, dan vitamin A,B,C,D,E, dan K. Selain itu, rumput laut juga
bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki system peredaraan darah
dan system pencernaan . nilai nutrisi rumput laut Eucheuma cottoni dapat
dilihat pada berikut :
Tabel : Komponen nutrisi rumput laut Eucheuma
cottoni

Jenis-jenis rumput
laut yang sudah diketahui dapat digunakan di berbagai industri adalah yang
menjadi sumber karaginan, agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama agar-agar. Alginofit adalah rumput laut coklat
(Phaeophyceae) yang mengandung bahan utama polisakarida alginat .
1.
Rumput laut yang mengandung
karaginan adalah dari marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota
karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe
Cottonii dan lambda karaginan. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel
atau lunak. Kappa karaginan berupa jeli bersifat kaku dan getas serta keras.
Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair
yang viscous. E. cottonii dan E. spinosum merupakan rumput laut yang secara
luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku industri di dalam negeri
maupun untuk ekspor.
Industri
karaginan berkembang pesat dengan ditemukan berbagai jenis rumput laut lain
yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis
dengan biaya relatif lebih murah. Volume pasar produk karaginan (Jasuda,2013)
mencapai 15.000-20.000 ton per tahun yang tersebar di Eropa (35%), Asia Pasifik
(25%), Amerika Utara (25%), dan Amerika Selatan (15%). Mayoritas penggunaan
karaginan untuk kebutuhuan industri makanan dan minuman, serta industri
kosmetik dan farmasi.
2.
Agarofit adalah jenis rumput laut
penghasil agar. Jenis-jenis rumput laut tersebut adalah Gracilaria sp,
Gellidium sp, dan Gelidiella sp. Agaragar merupakan senyawa kompleks
polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan
dengan suatu proses pemurnian yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini
dikenal dengan nama agarose. Produksi agar-agar sebagian besar menggunakan
rumput laut hasil budidaya. Kebutuhan agaragar dunia mencapai 10.000 ton per
tahun dengan konsumen utama: Jepang (2.000 ton per tahun), Amerika Serikat
(1.000 ton per tahun dimana 80% berasal dari impor), dan Jerman (210 - 400 ton
per ton). Negara Asia yang banyak menggunakan agar-agar antara lain Thailand,
Singapura dan Malaysia
3.
Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil
alginat. Jenis-jenis rumput laut coklat penghasil alginat tersebut adalah
Sargassum sp, Turbinaria sp, Laminaria sp, Ascophyllum sp, dan Macrocystis sp. Alginat
umumnya diekstrak dari rumput laut coklat yang sekarang banyak dibudidayakan
karena harganya mulai mahal untuk memenuhi kebutuhan industri. Nilai produksi
tahunan alginat sekitar USD$ 213 juta. Penggunaan alginat sangat luas mulai
dari industri briket batubara, kosmetik keramik, keju, es krim, pasta gigi,
cat, ban, semir dan kertas. Tak tertutup kemungkinan penggunaan produk turunan
dari rumput laut ini semakin meluas lagi di masa mendatang. Di Indonesia,
Sargassum sp dan Turbinaria sp merupakan sumber utama alginat, tetapi karena
kandungan alginat dalam kedua rumput coklat tersebut relatif tergolong rendah,
sehingga secara ekonomis kurang menguntungkan dan belum banyak dibudidayakan di
Indonesia. Permintaan Sargassum sp masih sangat terbatas

Gambar : Pohon industri rumput laut berdasarkan jenis
senyawa yang di hasilkan
A.
KARAGINAN
Karaginan merupakan
kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi dari rumput laut dari spesies
tertentu kelas alga merah ( rhodophyceae)
jenis Chondrus, Eucheuma,Irdaea, dan
Phyllophora. Yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali pada
temperature tinggi. Sebagian
besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat
pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro galactose.
Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik
sebagai bahan pembuat gel, perenyah, pengental atau penstabil.
Karagenan dapat
diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam
industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan,
dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat dimakan oleh
manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu,
karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan
utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
Pada dasarnya rumput
laut memiliki kandungan kimia karagenan. Menurut Craigie (1978), karagenan
terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks instraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyususn yang besar dari beratkering rumput laut
dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan
jenis polisakarida Rhodophyceae. Menurut federal register, polisakarida
tersebut harus harus mengandung 20% sulfat berdasarkan berat kering untuk
diklasifikasikan sebagai karagenan. Berat molekul karagenan tersebut cukup
tinggi, yaitu 100-800 ribu Dalton (DeMan, 1989). Karagenan merupakan senyawa
polisakarida yang disusun oleh senyawa 3,8 anhidro galaktosa, yang
diperolehdari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas
(Hot Water) atau larutan alkali pada temperature tinggi. Karagenan merupakan
nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida linier yang diperoleh dari alga
merah dan penting untuk pangan.
Senyawa-senyawa polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang
bersifat asam dan stabil dalam suasana basa. Doty (1985), membedakan karaginan
berdasarkan kandungan sulfatnya menjadi dua fraksi yaitu kappa karaginan
yang mengandung sulfat kurang dari 28% dan iota kariganan jika
lebih dari 30%. Winarno (1996) menyatakan bahwa kappa karaginan
dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii, iota
karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum, sedangkan lambda karaginan
dari Chondrus crispus, selanjutnya membagi karaginan menjadi tiga fraksi
berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa,iota dan lambda
karaginan.
-
Macam-macam karagenan
Di alam ini, terdapat tiga jenis
karagenan yang dapat ditemukan secara luas di berbagai perairan di dunia.
Ketiganya dibedakan berdasarkan struktur molekul yang mengakibatkan perbedaan
sifat fisik dan karakteristik penggunaannya dalam industri pangan. Ketiga jenis
karagenan ini adalah kappa, iota dan lambda. Perbedaan ketiganya terletak pada
perbedaan posisi gugus estersulphate dan jumlah residu 3,6-anhydro D-galactose..
1.
Kappa karaginan
Karagenan kappa memiliki struktur D-galactose dan
beberapa gugus 2- sulfate ester pada 3,6-anhydro D-galactose yang ditunjukan
gambar. Gugus 6- sulfate ester mengurangi daya kekuatan gel namun dapat
mengurangi loss akibat pengolahan
dengan menggunakan basa. Hal ini akan memberikan keteraturan rantai yang lebih
baik.
Struktur dasar kappa karaginan dapat dilihat pada gambar berikut :

2.
Iota karaginan
Iota karaginan ditandai dengan
adanya 4-sulfat ester pada setiap residu Dglukosa dan gugusan 2-sulfat ester
pada setiap gugusan 3,6 anhidro-Dgalaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat
dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti halnya kappa karaginan. Iota
karaginan sering mengandung beberapa gugusan sulfat ester yang menyebabkan
kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan dengan pemberian alkali
(Winarno 1990). Struktur
dasar iota karaginan dapat dilihat pada gambar berikut: 
3.
Lambda karaginan
Lambda karaginan berbeda dengan kappa dan iota
karaginan, karena memiliki sebuah residu disulfat α (1,4) D-galaktosa. Tidak
seperti halnya pada kappa dan iota karaginan yang selalu memiliki gugus 4-
phosphat ester. (Winarno 1990). Struktur dasar lambda karaginan dapat dilihat
pada gambar berikut:

-
Sifat fisik karaginan
1.
Kelarutan
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik
di dalam air panas. Namun karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air
dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik
pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu,
larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan
memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan faktor yang cukup penting dalam
penggunaan karagenan dalam sistem pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada
temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan
yang cukup rendah.
2.
Kestabilan asam
Larutan karagenanakan kehilangan karakteristik gel
dan kekentalannya dalam sistem dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah
pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk
ikatan 3,6- anhydro galactose. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan
temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya
autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah
daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan
ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam,
dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh
karagenan untuk mencegah penguraian polimer. Waktu pembentukan gel akan
bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun pangan lainnya seperti
garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan dijaga minimum. Dalam
sistem dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan untuk larutan karagenan
menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian besar makanan utama.
3.
Viskositas
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem
larutan. Suspensi koloid dalam larutan dapat ditingkatkan dengan cara
mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid.
Viskositas hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : konsentrasi,
suhu, kandungan sulfat inti elektrik, teknik perlakuan, keberadaan elektrolik
dan non elektrolik. Selainitu, tipe karaginan dan berat molekul karaginan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi viskositas suatu cairan.
Viskositas (kekentalan) merupakan sifat suatu cairan
yang menunjukkan adanya tahanan dalam atau gesekan pada cairan yang bergerak.
Pada zat cair viskositas disebabkan oleh gaya kohesif antar molekulnya
sedangkan pada gas viskositasnya berasal dari tumbukantumbukan antar molekulnya.
Pada konsentrasi yang tinggi, karaginan dapat
membentuk larutan yang sangat kental dengan struktur makro molekulnya yang
linier atau tidak bercabang dan bersifat polielektrolit. Adanya gaya tolak
menolak dari grup ester sulfat bermuatan sama yaitu negatif di sepanjang rantai
polimer, menyebabkan molekul ini kaku dan tertarik kencang. Garam-garam akan
menurunkan viskositas karaginan dengan cara mcnurunkan tolakan elektrostatik
diantara gugus sulfat. Semakin kecil kandungan sulfat maka nilai viskositasnya semakin
kecil pula, tetapi konsentrasi gelnya semakin meningkat. Viskositas karaginan
menurun drastis dengan naiknya suhu.
4.
Karakteristik gel
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai
membentuk gel ketika sistem tersebut didinginkan pada temperatur 40 ºC dan 60ºC
bergantung pada kehadiran kation. Gel karagenan bersifat reversible dan
memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan antara temperatur penentuan
gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada temperatur ruangan namun dapat
meleleh kembali dengan pemanasan 5 20ºC di atas temperatur pembentukan gel.
Dengan pendinginan gel kembali akan membentuk gel. Komposisi ionik dari sistem
pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan. Misalnya, karagenan kappa
lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona sambungan yang melingkupi
karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit rapuh. Karagenan iota
memilih ion kalsium untuk menjembatani
rantai untuk memberikan pengaruh gel yang lembut elastik.
-
Manfaat karaginan
Karaginan sangat penting peranannya sebagai
stabilizer (penstabil), thickener (pengental), gelling agent (pembentuk gel),
emulsifying agent (pengemulsi) dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan
dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan
industri lainnya . Beberapa jenis produk yang memanfaatkan karaginan sebagai
stabilisator adalah jeli, sirop, selai dan salad.
Karaginan juga berfungsi sebagai pensuspensi,
pengikat (binder), pelindung (protective agent), pencegah pelepasan air
(syneresis inhibitor) dan
pengikat bahan-bahan (flocculating agent) (Anggadireja dkk., 1993). Beberapa
produk yang memanfaatkan fungsi ini adalah es krim, keju, pudding dan susu
sterilisai coklat.
-
Standar mutu karaginan
yang berbentuk cakram kecil.
Rumput laut merah jenis C. hornemannii menghasilkan produk kimia
karagenan serta dimanfaatkan sebagai bahan dasar agar agar dan kosmetik.
1.
Hypnea
Rumput laut jenis Hypnea sp.merupakan salah
satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Cir khas dari rumput laut jenis ini
adalah mempunyai thallus yang lurus, bercabang lemah, berwarna coklat atau
kehijau-hijauan tergantung intensitas cahaya matahari dan kedalaman tempat
tumbuh. Sepanjang thallus terdapat rambut-rambut yang halus. Sama
seperti rumput laut merah jenis lain Hypnea sp.dimanfaatkan dan
diambil karagenannya sebagai bahan baku berbagai industri. Perkembangbiakan
tumbuhan rumput laut jenis
ini dalam budidayanya biasanya diperbanyak dengan vegetatif buatan yaitu
menggunakan stek thallus.
2.
Ulfa
Lactuca

Rumput laut jenis Ulva
sp.atau selada laut (sea lettuce) adalah rumput laut
yang tergolong dalam divisi Chlorophyta (rumput laut hijau). Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel-sel
mengandung banyak mengandung klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada
rumput laut ini. Habitatnya adalah di air laut dan morfologinya berupa thallus
tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi
jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali
pada sel-sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid penempel.
Masing-masing sel pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan
kloroplas berbentuk cangkir dan sebuah pirenoid. Ulva lactuca memiliki
panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel terang, dan memiliki bentuk
strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi yang halus tapi bergelombang. Bagian tengah dari setiap helaian
seringkali berwarna pucat dan semakin kearah tepi warnanya semakin gelap. Pada
daerah tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona
intertidal bagian atas sampai kedalaman 10 meter). Pada substrat yang tepat,
seringkali melakukan asosiasi dengan daerah yang memiliki nutrien yang tinggi
(contohnya bakau) atau dekat
sumber air tawar. Spesies ini, memiliki blade berwarna hijau terang, rapuh, berkerut, berbentuk lonjong atau bulat, memiliki diameter lembaran blade
sepanjang 65 cm, dan hidupnya di zona intertidal atau di daerah yang dangkal.
Sentra budidaya rumput laut jenis ini ada di kawasan Gunung Kidul, Pantai
Baron, Yogyakarta.
3.
Sargassum
Rumput laut jenis Sargassum sp ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Spesies ini
dapat tumbuh sampai panjang 12 meter. Tubuhnya berwarna cokelat kuning
kehijauan. Ciri umumnya memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, pipih,
licin, batang utama bulat agak kasar dan holdfast (bagian yang digunakan
untuk melekat) berbentuk cakram. Cabangnya
rimbun menyerupai pohon di darat. Bentuk daun melebar, lonjong atau
seperti pedang. Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter. Warna
thallus umumnya coklat. Cabang pertama timbul pada bagian pangkal sekitar 1 cm
dari holdfast. Percabangan berselang- seling secara teratur. Bentuk daun
oval dan memanjang berukuran (40×10) mm. Pinggir daun bergerigi jarang,
berombak, dan ujung melengkung atau meruncing. Vesicle (gelembung seperti buah)
berbentuk lonjong,
ujung meruncing berukuran (7×1,5) mm, dan agak pipih. Rumput laut jenis ini
mampu tumbuh pada substrat batu karang di daerah berombak. Rumput laut Sargassum
sp. telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber
gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum).Karbohidrat
yang disimpan sebagian besar tersedia dalam bentuk laminaran
(polisakarida glukosa; terbentuk dari proses
fotosintesis), disertai dengan pati dalam jumlah tertentu tergantung
spesiesnya. Dinding selnya terbuat dari selulosa dan asam protein alginate di
mana kandungan terbesarnya adalah alginat yang merupakan asam alginik. Sargassum
sp. tersebar luas di Indonesia dan tumbuh di perairan yang terlindung maupun
yang berombak besar pada habitat bebatuan.Sargassum sp.tumbuh
di daerah intertidal, subtidal, sampai
daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0.5-10 m
dan dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan suhu perairan 27.25 – 29.3oC
dan salinitas 32 – 33.5%. Kebutuhan intensitas cahaya matahari lebih tinggi
karena kandungan klorofil pada Sargassum sp lebih banyak.
4.
Turbinaria
Sp.
Rumput laut jenis Turbinaria sp. ini merupakan rumput laut yang
tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat). Ciri dari
rumput laut jenis ini adalah struktur thalus agak keras atau kaku,
phyloidnya atau blade menyerupai turbin atau seperti sebuah corong yang pada
sisinya bergerigi, bagian tengah blade melengkung ke dalam, terdapat kantong
udara di bagian phyloid. Terdapat banyak cabang lateral yang menyerupai daun
biasa yang disebut filoid. Reseptakel mempunyai operculum dengan bulu memanjang
tanpa warna yang berfungsi sebagai pengatur pelepasan gamet. Hidup pada karang
rhizoid, contoh pada spesies Turbinaria ornate akan terlihat menyebar
pada permukaan karang di zona intertidal. Dapat hidup dalam kelompok kecil
maupun ada dalam kelompok yang penyebarannya sangat luas. Sebagian besar
berwarna cokelat kekuningan sampai cokelat tua dengan bintik-bintik cokelat
tua. Persebaranya di Indonesia telah banyak yang membudidayakan rumput laut
jenis ini.
- Potensi Rumput laut pada
industri
Pada
tingkat industri, dampak sosial dan ekonomi pengembangan industri pengolahan
berbasis komoditi rumput laut juga sangat positif, paling tidak apabila dilihat
dari beberapa alasan sebagai berikut :
1.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki keberlanjutan yang sangat baik dan didukung oleh ketersediaan pasokan
bahan baku yang baik, sehingga terhindar dari berbagai biaya kelangkaan bahan
baku.
2.
Industri pengolahan rumput laut
memiliki akses dan potensi pasar yang sangat luas, dikarenakan permintaan dan
penggunaaan hasil pengolahan rumput laut yang semakin meluas (makanan, minuman,
kosmetik, cat, kertas, dan lain-lain), sementara dari sisi penawaran tidak
banyak negara dan daerah yang mampu menyediakan bahan baku rumput laut, dan
Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menyediakan bahan baku rumput
laut.
3.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga dapat dilakukan oleh pelaku yang sama dengan pelaku budidaya rumput
laut, karena dapat dikembangkan dengan skala rumah tangga maupun skala
industri, sehingga waktu tunggu panen, selain digunakan untuk perawatan budidaya,
juga dapat digunakan untuk pengolahan rumput laut hasil budidayanya. Dengan
demikian, industri pengolahan rumput laut ini dapat dikembangkan di lingkungan
masyarakat, sehingga manfaat yang diterima masyarakat semakin besar dan nyata.
4.
Industri pengolahan rumput laut
ini juga relatif tidak membutuhkan peralatan dengan investasi tinggi dan tidak
juga membutuhkan keahlian khusus yang terlalu tinggi. Kebutuhan akan
kualifikasi tinggi, seperti pengukuran standar kadar tertentu dapat dibantu
oleh tenaga pendamping atau petugas lapangan dari dinas terkait di daerah.
5.
Untuk pengembangan rumput laut
Gracillaria dan Cottoni menjadi agar-agar dan karaginan membutuhkan peralatan
yang sama dengan proses yang berbeda sehingga untuk pengolahan lebih lanjut
menjadi makanan dan minuman berbasis rumput laut dapat dikembangkan kelembagaan
yang melibatkan kelompok tani rumput laut, industri kecil makanan dan minuman.
- Kandungan Rumput laut
Rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat,
kandungan serat (dietary fiber) pada rumbut laut sangat tinggi. Serat makanan
terdiri dari serat kasar ( crude fiber ) dan serat makanan (dietary fiber).
Serat kasar adalah serat secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid)
atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan
yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan.
Rumput laut juga diketahui kaya akan nutrisi
esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino mineral, tracee element
khususnya yodium, dan vitamin A,B,C,D,E, dan K. Selain itu, rumput laut juga
bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki system peredaraan darah
dan system pencernaan . nilai nutrisi rumput laut Eucheuma cottoni dapat
dilihat pada berikut :
Tabel : Komponen nutrisi rumput laut Eucheuma
cottoni

Jenis-jenis rumput
laut yang sudah diketahui dapat digunakan di berbagai industri adalah yang
menjadi sumber karaginan, agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut
yang mengandung bahan utama agar-agar. Alginofit adalah rumput laut coklat
(Phaeophyceae) yang mengandung bahan utama polisakarida alginat .
1.
Rumput laut yang mengandung
karaginan adalah dari marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota
karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe
Cottonii dan lambda karaginan. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel
atau lunak. Kappa karaginan berupa jeli bersifat kaku dan getas serta keras.
Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair
yang viscous. E. cottonii dan E. spinosum merupakan rumput laut yang secara
luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku industri di dalam negeri
maupun untuk ekspor.
Industri
karaginan berkembang pesat dengan ditemukan berbagai jenis rumput laut lain
yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis
dengan biaya relatif lebih murah. Volume pasar produk karaginan (Jasuda,2013)
mencapai 15.000-20.000 ton per tahun yang tersebar di Eropa (35%), Asia Pasifik
(25%), Amerika Utara (25%), dan Amerika Selatan (15%). Mayoritas penggunaan
karaginan untuk kebutuhuan industri makanan dan minuman, serta industri
kosmetik dan farmasi.
2.
Agarofit adalah jenis rumput laut
penghasil agar. Jenis-jenis rumput laut tersebut adalah Gracilaria sp,
Gellidium sp, dan Gelidiella sp. Agaragar merupakan senyawa kompleks
polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan
dengan suatu proses pemurnian yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini
dikenal dengan nama agarose. Produksi agar-agar sebagian besar menggunakan
rumput laut hasil budidaya. Kebutuhan agaragar dunia mencapai 10.000 ton per
tahun dengan konsumen utama: Jepang (2.000 ton per tahun), Amerika Serikat
(1.000 ton per tahun dimana 80% berasal dari impor), dan Jerman (210 - 400 ton
per ton). Negara Asia yang banyak menggunakan agar-agar antara lain Thailand,
Singapura dan Malaysia
3.
Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil
alginat. Jenis-jenis rumput laut coklat penghasil alginat tersebut adalah
Sargassum sp, Turbinaria sp, Laminaria sp, Ascophyllum sp, dan Macrocystis sp. Alginat
umumnya diekstrak dari rumput laut coklat yang sekarang banyak dibudidayakan
karena harganya mulai mahal untuk memenuhi kebutuhan industri. Nilai produksi
tahunan alginat sekitar USD$ 213 juta. Penggunaan alginat sangat luas mulai
dari industri briket batubara, kosmetik keramik, keju, es krim, pasta gigi,
cat, ban, semir dan kertas. Tak tertutup kemungkinan penggunaan produk turunan
dari rumput laut ini semakin meluas lagi di masa mendatang. Di Indonesia,
Sargassum sp dan Turbinaria sp merupakan sumber utama alginat, tetapi karena
kandungan alginat dalam kedua rumput coklat tersebut relatif tergolong rendah,
sehingga secara ekonomis kurang menguntungkan dan belum banyak dibudidayakan di
Indonesia. Permintaan Sargassum sp masih sangat terbatas

Gambar : Pohon industri rumput laut berdasarkan jenis
senyawa yang di hasilkan
A.
KARAGINAN
Karaginan merupakan
kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi dari rumput laut dari spesies
tertentu kelas alga merah ( rhodophyceae)
jenis Chondrus, Eucheuma,Irdaea, dan
Phyllophora. Yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali pada
temperature tinggi. Sebagian
besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat
pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro galactose.
Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik
sebagai bahan pembuat gel, perenyah, pengental atau penstabil.
Karagenan dapat
diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam
industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan,
dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat dimakan oleh
manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu,
karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan
utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
Pada dasarnya rumput
laut memiliki kandungan kimia karagenan. Menurut Craigie (1978), karagenan
terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks instraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyususn yang besar dari beratkering rumput laut
dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan
jenis polisakarida Rhodophyceae. Menurut federal register, polisakarida
tersebut harus harus mengandung 20% sulfat berdasarkan berat kering untuk
diklasifikasikan sebagai karagenan. Berat molekul karagenan tersebut cukup
tinggi, yaitu 100-800 ribu Dalton (DeMan, 1989). Karagenan merupakan senyawa
polisakarida yang disusun oleh senyawa 3,8 anhidro galaktosa, yang
diperolehdari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas
(Hot Water) atau larutan alkali pada temperature tinggi. Karagenan merupakan
nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida linier yang diperoleh dari alga
merah dan penting untuk pangan.
Senyawa-senyawa polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang
bersifat asam dan stabil dalam suasana basa. Doty (1985), membedakan karaginan
berdasarkan kandungan sulfatnya menjadi dua fraksi yaitu kappa karaginan
yang mengandung sulfat kurang dari 28% dan iota kariganan jika
lebih dari 30%. Winarno (1996) menyatakan bahwa kappa karaginan
dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii, iota
karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum, sedangkan lambda karaginan
dari Chondrus crispus, selanjutnya membagi karaginan menjadi tiga fraksi
berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa,iota dan lambda
karaginan.
-
Macam-macam karagenan
Di alam ini, terdapat tiga jenis
karagenan yang dapat ditemukan secara luas di berbagai perairan di dunia.
Ketiganya dibedakan berdasarkan struktur molekul yang mengakibatkan perbedaan
sifat fisik dan karakteristik penggunaannya dalam industri pangan. Ketiga jenis
karagenan ini adalah kappa, iota dan lambda. Perbedaan ketiganya terletak pada
perbedaan posisi gugus estersulphate dan jumlah residu 3,6-anhydro D-galactose..
1.
Kappa karaginan
Karagenan kappa memiliki struktur D-galactose dan
beberapa gugus 2- sulfate ester pada 3,6-anhydro D-galactose yang ditunjukan
gambar. Gugus 6- sulfate ester mengurangi daya kekuatan gel namun dapat
mengurangi loss akibat pengolahan
dengan menggunakan basa. Hal ini akan memberikan keteraturan rantai yang lebih
baik.
Struktur dasar kappa karaginan dapat dilihat pada gambar berikut :

2.
Iota karaginan
Iota karaginan ditandai dengan
adanya 4-sulfat ester pada setiap residu Dglukosa dan gugusan 2-sulfat ester
pada setiap gugusan 3,6 anhidro-Dgalaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat
dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti halnya kappa karaginan. Iota
karaginan sering mengandung beberapa gugusan sulfat ester yang menyebabkan
kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan dengan pemberian alkali
(Winarno 1990). Struktur
dasar iota karaginan dapat dilihat pada gambar berikut: 
3.
Lambda karaginan
Lambda karaginan berbeda dengan kappa dan iota
karaginan, karena memiliki sebuah residu disulfat α (1,4) D-galaktosa. Tidak
seperti halnya pada kappa dan iota karaginan yang selalu memiliki gugus 4-
phosphat ester. (Winarno 1990). Struktur dasar lambda karaginan dapat dilihat
pada gambar berikut:

-
Sifat fisik karaginan
1.
Kelarutan
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik
di dalam air panas. Namun karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air
dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik
pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu,
larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan
memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan faktor yang cukup penting dalam
penggunaan karagenan dalam sistem pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada
temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan
yang cukup rendah.
2.
Kestabilan asam
Larutan karagenanakan kehilangan karakteristik gel
dan kekentalannya dalam sistem dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah
pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk
ikatan 3,6- anhydro galactose. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan
temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Untuk mencegah terjadinya
autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah
daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan
ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam,
dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh
karagenan untuk mencegah penguraian polimer. Waktu pembentukan gel akan
bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun pangan lainnya seperti
garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan dijaga minimum. Dalam
sistem dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan untuk larutan karagenan
menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian besar makanan utama.
3.
Viskositas
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem
larutan. Suspensi koloid dalam larutan dapat ditingkatkan dengan cara
mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid.
Viskositas hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : konsentrasi,
suhu, kandungan sulfat inti elektrik, teknik perlakuan, keberadaan elektrolik
dan non elektrolik. Selainitu, tipe karaginan dan berat molekul karaginan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi viskositas suatu cairan.
Viskositas (kekentalan) merupakan sifat suatu cairan
yang menunjukkan adanya tahanan dalam atau gesekan pada cairan yang bergerak.
Pada zat cair viskositas disebabkan oleh gaya kohesif antar molekulnya
sedangkan pada gas viskositasnya berasal dari tumbukantumbukan antar molekulnya.
Pada konsentrasi yang tinggi, karaginan dapat
membentuk larutan yang sangat kental dengan struktur makro molekulnya yang
linier atau tidak bercabang dan bersifat polielektrolit. Adanya gaya tolak
menolak dari grup ester sulfat bermuatan sama yaitu negatif di sepanjang rantai
polimer, menyebabkan molekul ini kaku dan tertarik kencang. Garam-garam akan
menurunkan viskositas karaginan dengan cara mcnurunkan tolakan elektrostatik
diantara gugus sulfat. Semakin kecil kandungan sulfat maka nilai viskositasnya semakin
kecil pula, tetapi konsentrasi gelnya semakin meningkat. Viskositas karaginan
menurun drastis dengan naiknya suhu.
4.
Karakteristik gel
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai
membentuk gel ketika sistem tersebut didinginkan pada temperatur 40 ºC dan 60ºC
bergantung pada kehadiran kation. Gel karagenan bersifat reversible dan
memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan antara temperatur penentuan
gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada temperatur ruangan namun dapat
meleleh kembali dengan pemanasan 5 20ºC di atas temperatur pembentukan gel.
Dengan pendinginan gel kembali akan membentuk gel. Komposisi ionik dari sistem
pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan. Misalnya, karagenan kappa
lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona sambungan yang melingkupi
karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit rapuh. Karagenan iota
memilih ion kalsium untuk menjembatani
rantai untuk memberikan pengaruh gel yang lembut elastik.
-
Manfaat karaginan
Karaginan sangat penting peranannya sebagai
stabilizer (penstabil), thickener (pengental), gelling agent (pembentuk gel),
emulsifying agent (pengemulsi) dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan
dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan
industri lainnya . Beberapa jenis produk yang memanfaatkan karaginan sebagai
stabilisator adalah jeli, sirop, selai dan salad.
Karaginan juga berfungsi sebagai pensuspensi,
pengikat (binder), pelindung (protective agent), pencegah pelepasan air
(syneresis inhibitor) dan
pengikat bahan-bahan (flocculating agent) (Anggadireja dkk., 1993). Beberapa
produk yang memanfaatkan fungsi ini adalah es krim, keju, pudding dan susu
sterilisai coklat.
-
Standar mutu karaginan
A.
PROSES PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENJADI
TEPUNG KARAGINAN
a.
Proses Sortasi
Istilah sortasi dalam kamus bahasa indonesia dikenal
dengan istilah menyortir yang berarti memilah atau mengambil yang di perlukan
dan mengeluarkan yang tidak diperlukan. Sortasi pasa hasil pertanian adalah
beberapa kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan hasil pertanian yang baik
atau yang tidak memenuhi standar dan memisahkan benda lain atau benda asing
yang tidak diharapkan . kegiatan sortasi biasanya dilakukan secara manual
menggunakan tangan dan kejelian mata melalui tampilan bahan secara visual.
Proses sortasi pada rumput laut dilakukan pada saat
rumput laut benar-benar kering, tujuan pengayakan rumput laut dalam kondisi
kering yaitu untuk mempermudah membuang kotoran yang menempel biasanya kerang,
cangkang siput, lumut atau sejenis. Jenis kotoran tersebut sulit dihilangkan
ketika rumput laut masih basa dikarenankan hewan sejenis siput yang menempel
umumnya masih hidup dan sulit lepas dari thallus rumput laut. Selain itu pada
proses sortasi juga memisahkan rumput laut dari benda-benda asing lainnya seperti
sampah yang ikut pada saat pemanenan seperti tali, kemasan, tanah, pasir dan
lain sebagainya.
Tujuan dari proses sortasi adalah :
1.
Memperoleh kualitas yang lebih
baik dan seragam
2.
Memberikan standarisasi dan
perbaikan cara pengolahan
3.
Memberikan beberapa kulaitas
kepada konsumen dengan harga yaang sesuai dengan kualitas.
Kegiatan
penyortiran rumput laut kering yang akan dimasukkan kedalam proses dilakukan
untuk memasstikan rumput laut telah memenuhi sprsfikasi mutu rumput laut
kering, beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain :
1.
Memeriksa kembali kondisi rumput laut,
yaitu dengan memisahkan antara yang baik dengan yang tidak baik.
2.
Melakukan pembersihan ulang dari
kemunkinan adanya penempelan material lain yang bukan hasil panen misalnya tali,
ganggang, lumpur, pasir, garam. Partikel tersebut akan menyebabkan terganggunya
pemrosesan dan pencemaran produk.
Perlakuan
pasca panen hendaknya perlu menjadi perhatian yang serius dari semua pelaku
usaha rumput laut. Pembudidaya harus mulai sadar akan pentingnya jaminan
kualitas hasil produksi yang baik , dengan begitu akan terbangun hubungan
timbal balik secara positif antara pembudidaya dengan pihak industry pengolah.
Jika standar kuallitas rumput laut yang di hasilkan baik maka akan berpengaruh
terhadap keberlangsungan usaha industry pengolah, kondisi ini tentunya secara
langsung akan menjamin kontinyuitas penyerapan produksi dari pembudidaya
sehingga kegiatan usaha budidaya akan berjalan secara berkelanjutan.
Rumput
laut Eucheuma cottoni kering hendaknya memenuhi standar yang di persyaratkan
pihak industriy pengolah. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang di
keluarkan BSN yaitu SNI 012690-1992 ntang standar mutu rumput laut kering,
mempersyaratkan beberapa spesifikasi mutu rumput laut kering yang harus di
penuhi meliputi kadar air, bau, benda asing, kadar pengeringan dan kadar agar
(Rumput laut pengasil agar). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel : Spesifikasi
syarat mutu rumput laut kering

Selain
spesifikasi syarat mutu yang tertera dalam table diatas, beberapa parameter
mutu rumput laut yang perlu diperhatikan biasanya di persyaratakan pihak
industri pengolah, antara lain meliputi :
-
Gel strength, yaitu tingkat
kandungan jelly yang terdapat didalam rumput laut;
-
Viskositas, yaitu tingkat
kekentalan yang terdapat dalam rumput laut;
-
Nilai pH, yaitu derajat keasaman
sisa alkali yaitu antara 7 sampai 9
-
SFDM (Salt Free Dry Matter),
yaitu rumput laut kering yang telah besih dari garam. SFDM ini mempengaruhi
kandungan kekuatan gel rumput laut, nilai SFDM yang baik adalah 34%.
-
SS (Salt and Sand), merupakan jumlah
garam dan pasir yang terdapat pada rumput laut kering, standar SS yang diuji
sesuai SNI adalah <28%
Berdasarkan
tingkat kadar air, produk rumput laut kering. Dapat dibedakan menjadi dua yaitu
rumput laut kering kawat (kadar air 20-30%). Biasanya secara umum para
pembudidaya menjual rumput laut dengan standar kering karet. Rumput laut yang
terlalu kering dikhawatirkan mengalami kerusakan yang berdampak pada kualitas
karaginan. Kondisi kadar air pada produk rumput laut kering dipengaruhi oleh
faktor lama penjemuran, intensitas cahaya matahari (musim) dan metode jemur.
Rumput
laut jenis Eucheuma Cottoni merupakan penghasil karaginan yaitu untuk fraksi
kappa karaginan. Kandungan karaginan dinyatakan dalam CAY (clean anhydrous
carrageenan yield) dengan nilai standar 40%, kurang dari nilai tersebut berarti
rumput laut mempunyai standar kualitas rendah. Kandungan karaginan pada rumput
laut Eucheuma cottini di pengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : biomassa
awal, steak (thallus), umur panen, jarak tanam, sistem budidaya dan kualitas
air.
b.
Proses Pencucian Rumput Laut
Air tawar H2O sering digunakan dalam
pencucian rumput laut . Air yang akan digunakan harus memenuhi standar mutu
air, yaitu kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan digunakan yang
dalam hal ini air yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau. Selain untuk
menghilangkan kotoran, baik berupa pasir, lumpur dan kotoran lain yang menempel
pada rumput laut, secara umum pencucian rumput laut dalam air tawar dilakukan
untuk mengurangi bau amis dan kadar garam.
Pada pencucian rumput laut dalam air
bertujuan untuk mengembalikan kondisi segar dari rumput laut dan untuk
mempersiapkan tekstur rumput laut coklat menjadi lunak sehingga mempermudah
proses ekstraksi alginat dan juga untuk melarutkan laminarin, manitol, zat
warna dan garam-garam. Rumput laut tersebut dibersihkan dari kotoran yang
menempel secara manual tanpa menggunakan alat sampai berwarna putih yang
kemudian dilakukan proses pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar
matahari. Proses pencucian dan pengeringan ini dilakukan beberapa kali sehingga
diperoleh rumput laut yang bersih dan putih. Sementara untuk proses pencucian
secara semi tradisional setelah proses pembersihan awal dicuci lagi supaya
lebih bersih. Proses pencucian rumput untuk skala produksi besar modern,
pencucian dilakukan dengan mesin yang dibangkitkan dengan menggunakan bahan bakar
atau dari boiler.
c.
Proses Alkalisasi
Alkalisasi adalah proses penambahan bahan alkali
untuk mengatur keasaman agar mencapai tingkat yang diinginkan. Alkalisasi
dilakukan dengan menggunakan air panas
atau larutan alkali panas. Suasana alkalisasi dapat diperoleh dengan
menambahkan larutan basa misalnya larutan NaOH, Ca(OH)2, atau KOH. Hidroksida merupakan bagian dari pereaksi yang
akan melakukan penetrasi terhadap rumput laut serta akan mengurangi jumlah
sulfat dalam karagenan dan meningkatkan 3,6 – anhidro – D – galaktopiranosa
sehingga kekuatan gel dari karagenan dalam rumput laut mengalami perbaikan,
kalium juga merupakan bagian dari pereaksi yang akan terkombinasi dengan
karagenan dalam rumput laut untuk menghasilkan gel dan hal ini akan mencegah
karagenan itu sendiri larut dalam larutan panas.
Pada tahapan ini,
rumput laut bersih hasil dari proses pencucian kemudian dilanjutkan proses
Alkalisasi menggunakan tangki,
perendaman didalam larutan alkali selama 1-2 jam dengan suhu 80-85°C. bahan
kimia yang digunakan dalam pembuatan larutn alkali adalah KOH dengan
konsentrasi 5% atau 7% (w/v). Volume larutan KOH yang digunakan sebagai media
perebus sebanyak enam kali berat rumput laut kering, selama proses alkalisasi
dilakukan pengadukan terhadap rumput laut agar penetrasi KOH kedalam rumput
laut berjalan dengan baik sehingga terjadi eleminasi gugus sulfat. Dimana Perendaman rumput laut dalam larutan alkali dimaksudkan untuk meningkatkan titik
leleh karagenan
di atas suhu pemasaknya sehingga tidak mudah larut menjadi pasta dan untuk
meningkatkan kekuatan gel dari karaginan tersebut, serta meningkatkat 3,6-anhidri-D-galaktosasetelah proses pemasakan alkali
KOH dilakukan pencucian hingga berkali-kali agar sisa-sisa perendaman KOH pada rumput laut hilang.
Adapun dalam penggunaan bahan kimia khususnya Kalium Hidroksida,
kita juga harus mengetahui MATERIAL
SAFETY DATA SHEET (MSDS) sebagai berikut :
Tanggal Dibuat : 22 Februari 2015
Nama Data :
Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Berat Molekul : 56,11 g/mol
Informasi Bahan Singkat :
Berbahaya bagi mata, kulit, atau pakaian.Jangan menghirup debu KOH.
Jaga agar wadah tertutup rapat. Cuci bersih setelah penanganan.
Gunakan pada ruangan yang mempunyai
ventilasi yang memadai.
Sifat Sifat Bahaya
Kesehatan :
Terhisap
Jangka Pendek : iritasi, luka bakar,
edema paru
Kontak Kulit
Jangka Pendek : iritasi, luka bakar
Jangka Panjang : dermatitis
Kontak Mata
Jangka Pendek : iritasi (mungkin berat),
luka bakar, kerusakan mata, kebutaan
Jangka Panjang : gangguan visual
Tertelan
Jangka Pendek : iritasi (mungkin berat),
luka bakar, mual, muntah
Kebakaran : Tidak
dapt meledak dengan sendirinya. Dapat menghasilkan gas hidrogen sehingga dapat meledak.
Reaktifitas : Stabil pada suhu
normal dan tekanan
Keselamatan dan Pengamanan
Penanganan dan penyimpanan :
Penanganan: Hindari debu KOH
ketika bernapas. Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian. Cuci bersih
setelah penanganan. Pencampuran dengan air, asam atau bahan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan tumpah dan pelepasan panas
Penyimpanan: Simpan sesuai
dengan semua peraturan dan standar yang berlaku. Jaga agar wadah rapat,
tertutup dan diberi label dengan benar. Jangan simpan dalam wadah aluminium
atau alat yang menggunakan perlengkapn alumunium. Karena gas hidrigen mudah
terbakar maka, jauhkan dari zat-zat yang tidak kompatibel
Tumpahan dan kebocoran :
Pakailah pelindung peralatan
pribadi sesuai yang direkomendasikan. Sekop KOH kering ke dalam wadah yang
sesuai. Jauhkan dari persediaan air dan selokan. Bahan ini adalah alkali dan
dapat meningkatkan pH permukaan air dengan kapasitas buffering rendah.
Alat pelindung diri :
Ruangan harus ada ventilasi,
memakai kaca mata kimia, kran pencuci mata, jas lab, sarung tangan, sepatu boot
karet, sarung tangan.
Pertolongan pertama :
Terhisap
Jika sulit bernapas, harus
diberikan oksigen oleh teknisi ahli. Segera menghubungi layanan darurat
Kontak Kulit
Segera basuh daerah yang
terkontaminasi dengan air. Lepaskan pakaian yang terkontaminasi, perhiasan
dan sepatu. Cuci daerah yang terkontaminasi dengan sabun dan air. Bersihkan dan
keringkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
Harus mendapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Mata
Segera basuh mata di kran pencuci
mata selama 15 menit, Secara paksa memegang kelopak mata untuk memastikan
irigasi rata pada seluruh mata dan tutup mata dalam beberapa detik hal ini
sangat penting untuk mencapai efektivitas maksimum.
Tertelan
Jangan pernah memberikan
sesuatu melalui mulut kepada orang yang tidak sadar atau kejang. Jika tertelan,
jangan menyebabkan muntah. Berikan air dalam
jumlah besar. Jika muntah terjadi secara spontan, maka menjaga jalan napas
agar tidak tersumbat. Memberi lebih banyak air ketika berhenti muntah
Pemadaman api :
Jangan gunakan air, gunakan
bahan pemadam api yang sesuai untuk sekitarnya
Informasi Lingkungan :
Dalam pembuangan, hendaknya
memproes ulang jika memungkinkan. Bahan ini
telah dipamerkan menyebabkan toksisitas
moderat untuk organisme air.
a.
Proses Pembilasan
Proses
pembilasan dilakukan berulang kali sampai rumput laut benar benar bersih,
dimana bertujuan menghilangkan sisa sisa perendaman larutan alkali yang melekat
pada rumput laut serta menghentikan proses alkalisasi pada rumput laut, dimana.
Pada proses alkalisasi ada pelarut yang digunakan untuk menghilangkan Sebagian
kandungan sulfat yang terdapat pada rumput laut yaitu Kalium clorida (Potasium
Hydroksid). Pelarut adalah suatu zat yang melarutkan zat terlarut (cairan,padat
atau gas yang berbeda secara kimiawi), menghasilkan suatu larutan.
Pada
proses alkalisasi yang dilakukan adalah perendaman larutan basa kuat dimana
tujuan adalah untuk menetralkan kandungan sulfat yang terdapat pada rumput
laut. Jika di jelaskan bahwa didalam ilmu kimia adalah bila Asam kuat
direaksikan dengan basa kuat maka akan menghasilkan garam netral dengan pH sama
dengan 7, jika asam kuat direaksikan dengan basa lemah maka akan menghasilkan
suatu garam dengan sifat asam. Namun jika asam lemah direaksikan dengan basa
kuat maka akan menghasilkan garam dengan sifat basa, apa bila asam lemah
direaksikan dengan basah lemah maka akan menghasilkan suatu garam dengan sifat
tergantung kepada nilai ka ataupu kb didalamnya.
Pada dasarnya rumput
laut memiliki kandungan kimia karagenan. Menurut Craigie (1978), karagenan
terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks instraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyususn yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan
komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan jenis polisakarida
Rhodophyceae. Menurut federal register, polisakarida tersebut harus harus
mengandung 20% sulfat berdasarkan berat kering untuk diklasifikasikan sebagai
karagenan. Berat molekul karagenan tersebut cukup tinggi, yaitu 100-800 ribu
Dalton (DeMan, 1989). Karagenan merupakan senyawa polisakarida yang disusun
oleh senyawa 3,8 anhidro galaktosa, yang diperolehdari hasil ekstraksi rumput
laut merah dengan menggunakan air panas (Hot Water) atau larutan alkali pada
temperature tinggi. Karagenan merupakan nama yang diberikan untuk keluarga
polisakarida linier yang diperoleh dari alga merah dan penting untuk
pangan. Senyawa-senyawa polisakarida
mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil dalam suasana
basa.
b.
Proses Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses mengambil senyawa
yang terdapat pada suatu bahan dengan pelarut yang sesuai. Prinsip ekstraksi
yaitu melarutkan karagenan dalam rumput laut dengan menggunakan pelarut berupa
akuades.Faktor
yang mempengaruhi ekstraksi :
1.
Ukuran Partikel
Makin kecil ukuran partikel, makin besar luas
permukaan padatan yang akan diekstrak, sehingga dapat memperbesar luas
permukaan transfer massa pelarut ke dalam padatan. Dengan demikian, laju difusi
pelarut ke dalam padatan menjadi lebih besar. Pengecilan ukuran juga bertujuan
untuk memecah struktur dinding sel yang menjadi penghalang bagi terjadinya
difusi pelarut ke dalam padatan. Pada penelitian ini diketahui ukuran optimum
partikel yang akan diekstraksi panjangnya 1 cm.
2.
Pelarut
Pelarut yang baik adalah adalah pelarut yang tidak
merusak solut atau residu, harganya relatif murah, memiliki titik didih rendah,
dan murni. Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika memiliki nilai polaritas
yang sama.
3.
Perbandingan massa
Perbandingan massa antara massa pelarut dan massa
padatan yang akan diekstrak juga harus memiliki perbandingan yang sesuai untuk
mendapatkan hasil ekstraksi yang terbaik. Pada penelitian ini massa rumput laut
kering sebesar 5 gram diekstrak dengan menggunakan 250 mL aquades (1:50).
4.
Waktu
Waktu ekstraksi menentukan rendemen yang dihasilkan.
Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin banyak rendemen karagenan yang
dihasilkan. Akan tetapi setelah melebihi batas waktu optimum ekstraksi, rendemen
yang dihasilkan akan konstan.
Pada tahapan
ekstraksi ini dilakukan proses pemasakan atau ekstraksi pada tangki 4, proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut
air, dimana perbandingan jumlah pelarut adalah 30 kali lipat dari berat rumput
laut yang akan diekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam pada suhu 95ºC. Hasil
ekstraksi dipisahkan antara larutan (ekstrak) dengan residunya (kotoran-kotoran
yang terdiri dari rumput laut yang tidak larut). Ekstraksi dilakukan hingga rumput laut menjadi pasta,
seteleh itu dilakukan penambahan filter aid dengan perhitungan :
|
|
Berat
bahan baku X 0.25% = jumlah filter Aid
|
|
Filter Aid adalah merupakan mineral anorganik dan material organic berserat,
biasanya dalam bentuk bubuk dan digunakan bersinergi dengan peralatan filtrasi
untuk meningkatkan performa akhir filtrasi.filter Aid bertujuan untuk membantu
proses penyaringang dan akan mengikat senyawa-senyawa yang tidak larut didalam
air serta akan menggikat aroma dan rasa dari rumput laut tersebut sehingga
filtrat yang dihasilkan tidak memiliki warna,aroma dan rasa.
Ada beberapa macam proses pembuatan karaginan yang
umum digunakan saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan
proses. Pemilihan proses dilakukan guna memperoleh proses yang efisien dengan
produk terbaik. Proses yang terpilih diharapkan adalah proses yang paling
efisien dan ekonomis.
Secara garis
besar karaginan dapat diekstrak dari rumput laut dengan dua cara. Cara yang
pertama adalah dengan melarutkan karaginan hingga menjadi larutan encer,
sedangkan residu yang berupa selulosa dan komponen tak larut lainnya dipisahkan
dengan penyaringan. Karaginan dalam larutan kemudian direcovery secara bertahap
sehingga didapatkan produk akhir berupa solid kering yang mengandung sedikit
sekali komponen selain karaginan. Produk yang dihasilkan melalui metode ini
dikenal dengan nama Full Refined Carrageenan (FRC).
Pada metode kedua, karaginan tidak diekstraksi dari
rumput laut. Prinsipnya adalah mengeluarkan atau menghilangkan semua zat
(selain karaginan) yang terkandung di dalam rumput laut. Zat-zat tersebut akan
terurai atau terlepas dalam basa dan air. Residu yang tidak terlarut mengandung
sejumlah besar karaginan dan sebagian selulosa. Residu tersebut kemudian
dikeringkan dan dijual sebagai Semi Refined Carrageenan (SRC).
Ekstraksi karaginan dibedakan menjadi 2 jenis
ekstraksi karaginan yaitu Semi Refinned Carrageenan dan
Refinned Carrageenan sebagai berikut :
-
Semi Refine Karagenan (Karaginan semi murni)
Semi refined carrageenan (SRC) merupakan salah satu
produk karaginan dengan tingkat kemurnian yang rendah karena masih mengandung
sejumlah kecil selulosa yang ikut mengendap bersama karaginan. Semi refined
carrageenan (SRC) secara komersial diproduksi dari rumput laut jenis Eucheuma
cottonii melalui proses ekstraksi menggunakan larutan alkali (Kalium
hidroksida).
Karaginan semi murni dibuat dengan memanfaatkan
proses pemanasan dalam larutan alkali. Kappaphycus alvarezii dipanaskan pada
larutan alkali selama 2-3 jam. Jika suhu pemanasan di bawah 80OC, maka rumput
laut tidak akan larut dan konversi kappa tidak akan terjadi. Bagian hidroksi
dari reagen akan menurunkan jumlah sulfat pada karaginan, meningkatkan
3,6-anhidro-Dgalaktosa yang menyebabkan kekuatan gel karaginan pada rumput laut
meningkat. Bagian potasium pada reagen bercampur dengan karaginan untuk membuat
gel dan mencegah karaginan larut pada larutan panas. Residu yang masih terlihat
seperti rumput laut dicuci beberapa kali untuk menghilangkan alkali dan kotoran
yang dapat larut dalam air. Alkali panas dan pencucian akan menghilangkan
residu mineral, protein, dan lemak, serta meninggalkan karaginan yang
dikonversi dan beberapa residu selulosa dari dinding sel.
-
Refine Karagenan (Karaginan Murni)
Selain semi refine, hasil olahan rumput laut
karaginofit yaitu refine carrageenan atau karaginan murni. Proses produksi
untuk mendapatkan karaginan murni melalui proses ekstraksi karaginan dari
rumput laut. Ada dua metode proses produksi karaginan, yaitu metode alkohol
(alcohol method) dan metode tekan (pressing method). Pembuatan karaginan murni
terdiri dari tiga tahap, yaitu ekstraksi, penyaringan dan pengeringan.
Karaginan yang murni biasanya tanpa warna (bening), tanpa rasa, tak berbau, dan
akan membentuk gel yang tidak beraturan di dalam air. Karaginan murni biasanya
digunakan untuk industri farmasi dan makanan.
Pembuatan karaginan murni biasanya dilakukan dengan
penggunaan larutan alkali sebagai larutan pemasak. Larutan pengekstrak biasanya
mengandung 1-2% karaginan. Larutan tersebut kemudian disaring secara bertingkat
untuk mendapatkan filtrat yang bebas dari selulosa dan padatan lainnya. Filtrat
yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan alkohol atau garam seperti KCl untuk
menghasilkan presipitat karaginan. Koagulan ini kemudian dipisahkan dengan cara
mekanik atau juga dengan cara pengeringan.
c.
Proses Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan
zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga
diartikan sebagai proses pemisahan liquid -liquid dengan cara melewatkan liquid
melalui media berpori atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau
menghilangkan sebanyak-banyaknya butiran-butiran halus zat padat tersuspensi
dari liqud. Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan
cairan dengan melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring.
Proses filtarsi banyak dilakukan di industri, misalnya
pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-kristal garam dari cairan induknya,
pabrik kertas dan lain-lain. Untuk semua proses filtrasi, umpan mengalir
disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh adalah
akibat gravitasi atau tenaga putar. Secara umum filtrasi dilakukan bila jumlah
padatan dalam suspensi relatif lebih kecil dibandingkan zat cairnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses filtrasi yaitu sebagai berikut
:
1.
Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak
berfungsinya filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat
terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam
melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan
disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar
butiran menyebabkan partikel– partikel yang terlalu halus yang tersaring akan
lolos.
2.
Konsentrasi kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi
dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi clogging.
Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi
kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika
konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih
dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan
sedimentasi.
3.
Kedalaman media, ukuran, dan
material
Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya
pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya
saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang
pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang rendah. Demikian pula dengan
ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada
porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu
komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi
dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya
tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam
air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi
dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring.
Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring
partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh
partikel halus yang tertahan) terlalu cepat.
Pemisahan karaginan dari bahan pengekstrak dilakukan
dengan cara penyaringan dan pengendapan. Penyaringan ekstrak karaginan umumnya
masih menggunakan penyaringan secara konvensional yaitu dengan menggunakan kain
saring dan filter press, dan dilakukan dalam keadaan panas untuk mencegah
terjadinya pembentukan gel.
Plate dan frame filter press
terdiri dari plate dan frame yang tergabung menjadi satu dengan kain saring
pada tiap sisi plate. Plate memiliki saluran sehingga filtrat jernih dapat
melewati tiap plate. Slurry dipompa menuju plate dan frame dan mengalir melalui
saluran pada frame sehingga slurry memenuhi frame. Filtrat mengalir melalui
kain saring dan padatan menumpuk dalam bentuk 7 cake pada kain Filtrat mengalir
antara kain saring dan plate melalui saluran keluar. Filtrasi terus dilakukan
hingga frame dipenuhi padatan. Kebanyakan filter memiliki saluran pengeluaran
yang terpisah untuk tiap frame sehingga dapat dilihat apakah filtrat jernih
atau tidak. Bila filtrat tidak jernih, mungkin disebabkan kain saring rusak
atau sebab lainnya. Ketika frame sudah benar– benar terpisah plate dan frame
dipisahkan dan cake dihilangkan, lalu filter dipasang lagi dan digunakan.
d.
Proses presipitasi
Presipitasi adalah
proses reaksi terbentuknya padatan ( endapan ) didalam sebuah larutan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Presipitasi biasanya ini biasanya terbentuk Ketika konsentrasi
ion yang larut telah mencapai batas kelarutan dan hasilnya adalah membentuk
garam. Metode presipitasi dilakukan dengan cara zat aktif dilarutan kedalam
pelarut, lalu ditambahkan larutan lain yang bukan pelarut (anti-solven), hal
ini menyebabkan larutan menjadi jenuh dan menjadi nukleasi yang cepat sehingga
membentuk nanopartikel.
Presipitasi atau pengendapan karaginan merupakan
bagian dari ekstraksi karaginan, karaginan dapat dipisahkan dari filtratnya dengan cara
pembekuan atau cara presipitasi oleh alkohol. Akan tetapi pengendapan dengan
alkohol dibutuhkan biaaya yang sangat mahal sehingga digunakan KCL untuk
meminimalkannya. selain itu kualitas karaginan yang dihasilkan masih rendah.
Kemudian metode
presipitasi karaginan dengan Kalium Klorida juga menghasilkan rendamen dan
kekuatan gel yang lebih kuat dibandingkan dengan alkohol, Rendemen terbesar juga akan diperoleh jika
ekstraksi menggunakan pelarut kalium hidroksida dan pada tahap presipitasi
menggunakan presipitan kalium klorida
Metode presipitasi merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan
untuk mendapatkan zat murni
atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian
dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel/analisis
laboratorium.
Dalam hal ini presipitasi bertujuan untuk memisahkan
karagenan basah dengan pelarutnya (aquades) dengan menggunakan larutan KCL.
e.
Proses Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari bahan dengan
menggunakan energi panas. Pengeluaran air dari bahan dilakukan sampai kadar air
keseimbangan dengan lingkungan tertentu dimana jamur, enzim, mikroorganisme,
dan serangga yang dapat merusak menjadi tidak aktif.
Tujuan pengeringan adalah untuk
mengurangi kandungan air bahan sampai batas tertentu sehingga aman disimpan
sampai pemanfaatan yang lebih lanjut. Dengan pengeringan, bahan menjadi lebih
tahan lama disimpan, volume bahan lebih kecil, mempermudah dan menghemat ruang
pengagukutan, mempermudah transportasi, dan biaya produksi menjadi murah.
Prinsip pengeringan adalah proses
penghantaran panas dan massa yang terjadi secara serempak. Dalam pengeringan,
air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan
bahan yang dikeringkan.
Penghantaran panas
pada pengeringan dapat dilakukan secara konduksi, konveksi, radiasi, dan dengan
gelombang mikro. Sedangkan cara pengeringan dapat dilakukan secara alami maupun
buatan (mekanis).
-
Pengeringan Alami
Pengeringan alami
dapat dilakukan dengan penjemuran langsung dan dengan penjemuran dengan
modifikasi. Penjemuran alami secara langsung biasanya menggunakan sarana
pengeringan paling sederhana seperti lantai jemur, jalan beraspal atau tikar.
Kelebihan dari metode alami
ini yaitu : Biaya murah dan energi yang berlimpah
Adapunnya kelemahannya
adalah : memerlukan tempat yang luas untuk penjemuran, pengoerasiannya
tergantung cuaca, suhu tidak dapat dikontrol, mudah terkontaminasi, membutuhkan
waktu yang lama, perlu dilakukan pembalikan.
-
Pengeringan Mekanis
Pengeringan
buatan dilakukan dengan menggunakan pemanasan dari hasil pembakaran. Media
udara dihembus melalui pemanas atau kontak langsung ke produk yang
dikeringkan. Pemanasan udara dapat dilakukan secara langsung (direct) dan
tidak langsung (indirect). Pada dasarnya, pengeringan
mekanis dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem batch (batch system)
dan sistem kontinyu (continuous system). Pada sistem batch, bijian
dikeringkan dalam suatu wadah dan kontak antara bijian dengan udara pengering
lama/berulang kali. Pada sistem kontinyu, bijian mengalir secara kontinyu
dan kontak dengan udara pengering hanya sekali saat bijian berada pada
kolom/zona pengeringan saja.
Kelebihan menggunakan
pengering mekanis adalah dapat menghasilkan produk berkualitas, suhu
terkendali, dan laju bisa dipercepat. Pengeringan juga tidak tergantung iklim
dan cuaca (tidak harus siang hari tetapi bisa malam hari), cocok untuk
komoditas tinggi, serta ukuran dan kapasitas dapat dibuat besar. Sedangkan
kelemahannya adalah biaya yang tinggi terutama bahan bakar.
Salah satu contoh alat pengering mekanik yaitu Rotary Dryer, alat ini merupakan suatu alat
pengering yang berbentuk silinder dan bergerak secara berputar yang berfungsi
untuk mengurangi kadar air dari bahan solid dengan cara mengontakkannya dengan
udara kering. Bahan yang akan dikeringkan masuk ada ujung pengering yang
tinggi, dengan adanya putaran dari pengering maka produk akan keluar secara
perlahan lahan pada ujung yang lebih rendah.
Adapun Cara
perhitungan untuk menentukan kadar air dapat menggunakan rumusberikut :
%
Kadar Air = (W –W1) x 100/W
Dimana:
W =
bobot contoh asal dalam gram
W1 = bobot contoh setelah
dikeringkan dalam gram
100 = faktor konveksi ke %
Pada proses pembuatan karaginan ini pengurangan kadar air
dimulai dengan proses pengeluaran air yang ada dalam serat-serat karaginan yang
di lakukan dengan alat press hidrolik. Pengepresan dilakukan dengan menurunkan
alat penekan secara perlahan-lahan hingga kantong yang berisi karaginan
tertekan, setelah itu dilanjutkan dengan penjemuran dibawah matahari selama 1-2
hari dengan matahari terik apabila kadar air mash cukup tinggi maka dapat
dilanjutkan pengeringan menggunakan oven.
f.
Proses Penepungan
Penepungan dilakukan dengan
grinding menggunakan alat ball mill atau micro mill, kemudian butiran
semi-refined carrrageenan distandarisasi dengan ayakan atau screen standar 80
mesh. Produk yang sesuai standard akan disimpan ditangki penampung produk.
Grinding adalah proses
pengurangan ukuran partikel bahan olahan dari bentuk besar/kasar diubah menjadi
ukuran yang lebih kecil. Untuk itu yang namanya grinding adalah proses
pemecahan atau penggilingan. Proses
grinding dan sizing banyak di gunakan dalam industri diantaranta proses
penghancuran batu-batuan, bijih, pembuatan tepun, pembuatan obat-obatan, dll.
Beberapa cara untuk memperkecil
ukuran zat padat dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, yaitu :
a) Kompresi ( tekanan), bahan olahan digrinding
dengan ditekan arah tegak lurus dari landasan
b) Impak (pukulan), bahan olahan di grinding dengan
menggunakan benda tumpul.
c) Atrisi (gesekan), bahan olahan di grinding dengan
di gesek arah sejajar dari landasan.
d) Pemotong, bahan olahan di grinding dengan
menggunakan benda tajam.
Sizing atau pengayakan sendiri
merupakan proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen. Sizing sendiri merupakan
proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki
sehingga ukuran partikel menjadi homogen. Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran
partikel padatan yang mempunyaI berbagai ukuran bahan dengan menggunakan
ayakan. Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah
kontaminan yang ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita
untuk mendapatkan serbuk dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan
dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai campuran partikel
padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta terbebas dari
kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan alat
pengayakan.
Pengayakan adalah
proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan
(sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses
pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang
ayakan (oversize)
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran
lubang-lubang ayakan (undersize)
Dalam proses
industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan seragam.
Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada
proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan
pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau
halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau
yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim
dalam keadaan kering
Pengayakan secara
mekanik (pengayakan getaran, guncangan, atau kocokan) dilakukan dengan bantuan
mesin, yang umumnya mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar
yang berlainan.
Suatu ayakan
terdiri dari bingkai ayakan dan jaringan ayakan dalam hal ini dikenal dengan
istilah mesh. Mesh adalah jumlah lubang per inchi kuadrat. Biasanya jaringan
tersebut dilengkapi dengan peralatan lain sesuai dengan jenis ayakan, misalnya
pada ayakan goyang bingkai ayakan dihubungkan dengan batang penggerak ke roda
gerak.
g.
Proses Pengemasan
Proses pengemasan merupakan tahap akhir pada proses
produksi yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan umur simpan pada suatu
produk. Umur simpan produk sangat penting agar produk dapat menjaga kualitas
selama rantai distribusi hingga produk dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Fungsi pengemasan yaitu mengatur interaksi antara bahan pangan dengan
lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan
bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.adapun tujuan pengemasan :
- Membuat umur simpan bahan pangan menjadi
panjang
- Menyelamatkan produksi bahan pangan yang
berlimpah.
- Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan
pangan
- Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan
bahan pangan
- Memudahkan distribusi/pengangkutan bahan
pangan
- Mendukung perkembangan makanan siap saji
- Menambah estetika dan nilai jual bahan
pangan.
Adapun persyaratan bahan
pengemas yaitu :
- Memiliki permeabilitas (keampuan
melewatkan) udata yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan di kemas
- Harus bersifat tidak beracun dan inert (
tidak bereaksi dengan bahan pangan)
- Harus kedap air
- Tahan panas
- Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya
relatif murah.
Komponen penting dalam
membuat desain kemasan :
- Nama / brand produk
- Informasi fungsi / manfaat produk
- Komposisi produk / daftar bahan
- Tanggal kadaluarsa dan tgl produksi
- Keterangan halal
- Berat bersih
- Kode produksi
- Izin edar
- Informasi produsen/distributor
Pengemasan tepung karaginan
dilakukan dengan menggunakan kemasan plastik yang disimpan dialam lemari pendingin
yang higienis agar tidak cepat berjamur dan aman untuk dipakai pada proses
selanjutnya.
Rendemen akhir produk karaginan,
rendemen suatu produk sangat penting dihitung untuk mengetahui sebrapa besar
pengaruh perlakuan maupun pengolahan terhadap hasil akhir suatu produk. Pada
pembuatan karaginan ini, tinggi rendahnya rendemen juga ditentukan oleh
penanganan pada saat proses berlangsung. Untk menghitung persen rendemen produk
dapat digunkan rumus berikut ini :
% Rendemen =
berat akhir/ berat awal x 100%
INILAH PROSES PENGOLAHAN RUMPUT LAUT BESERTA MACAM MACAM RUMPTLAUT TERSEBUT.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ub.ac.id/putrilestari/files/2015/11/INDUSTRI-KARAGINAN.pdf
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/15706/2/N11115339_skripsi%20bab%201-2.pdf
file:///C:/Users/asus/Downloads/Bab%202.pdf
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NmRjY2EyOTk5ZmUxZmUzODMyMjlkMDViNGNmNzQ5ZjM5YjYzYjlmOQ==.pdf
https://teknik-pengeringan.tp.ugm.ac.id/2017/10/28/teknik-pengeringan/
https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/metode-dan-teknik-pengayakan-untuk-menentukan-ukuran-partikel-dalam-teknologi-farmasi/
https://docplayer.info/47975111-Dalam-proses-ekstraksi-tepung-karaginan-proses-yang-dilakukan-yaitu-tali-rafia-hal-ini-sangat-penting-dilakukan-untuk-memperoleh-mutu-yang-lebih.html
https://hajarasawad3152.blogspot.com/