PERSOALAN PENCIPTA DAN MENCIPTAKAN
Sebenar Yang Dikatakan Manusia Sebelum lahir dan masih banyak Manusia Belum sepenuhnya menyedarinya Hingga dewasa setelah Ruh nya di tiup kan Oleh Allah Swt Berfirman ;
janin yang tumbuh tanpa manusia dan buatan bisa jadi itu termasuk orang orang berbeda lagi persoalan, manusia dan buatan bisa jadi itu termasuk orang orang berbeda lagi persoalan itu !
penjelasan perbedaan ahklak mereka
Diskusi ekonomi yang bebas, tetapi diskusi Islam wajib sertakan dasar AlQuran Assunnah dan ijma' sahabat2 nabiMembantah AlQuran Assunnah dan ijma' wajib dengan AlQuran Assunnah dan ijma' juga.
Bukan dengan asumsi Falsafah Yunaniah Yahudiah
Jawaban :
Baik, kita bahas poin penting ini dengan dua bagian: - dari sisi akhlak dan penciptaan, serta
- berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ sahabat, tanpa masuk ke ranah filsafat Yunani-Yahudi.
.
🧬 1. Perbedaan Akhlak: Janin Buatan vs Manusia Asli Jika yang dimaksud adalah:
"Janin yang tumbuh tanpa manusia (misalnya dalam tabung atau hasil rekayasa AI atau bioteknologi), dibandingkan manusia yang lahir dari hubungan biologis alami."
Maka akhlak mereka akan berbeda tergantung asal ruh, pendidikan, dan tujuan penciptaannya.
🔸 A. Manusia Asli (fitrah)
- Diciptakan Allah dengan proses sunnatullah: dari ayah dan ibu.
- Ruh ditiup oleh Allah (lihat QS. As-Sajdah: 9).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصَا رَ وَا لْاَ فْــئِدَةَ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
summa sawwaahu wa nafakho fiihi mir ruuhihii wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abshooro wal-af-idah, qoliilam maa tasykuruun
"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 9)
- Memiliki fitrah tauhid, yaitu potensi beriman kepada Allah sejak lahir (HR. Muslim: "Setiap anak dilahirkan di atas fitrah").
- Akhlak tumbuh secara alami lewat lingkungan, pendidikan, dan ujian kehidupan.
🔸 B. "Manusia Buatan" (misalnya kloning, robot biologis, atau janin dari lab)
- Jika tidak ditiup ruh oleh Allah, maka bukan manusia secara syar’i — ia hanya benda atau ciptaan buatan manusia.
- Akhlaknya tidak bisa disebut baik atau buruk karena tidak punya tanggung jawab taklif (beban syariat), seperti hewan atau robot.
- Jika suatu saat mampu belajar atau meniru akhlak manusia, tetap bukan berarti ia benar-benar memiliki qalbu atau ruh (QS. Al-Hajj: 46 – "mereka tidak mempunyai hati yang dengannya mereka bisa memahami").
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَاۤ اَوْ اٰذَا نٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَا ۚ فَاِ نَّهَا لَا تَعْمَى الْاَ بْصَا رُ وَلٰـكِنْ تَعْمَى الْـقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ
a fa lam yasiiruu fil-ardhi fa takuuna lahum quluubuy ya'qiluuna bihaaa au aazaanuy yasma'uuna bihaa, fa innahaa laa ta'mal-abshooru wa laaking ta'mal-quluubullatii fish-shuduur
Artinya :
"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 46)
📜 2. Landasan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’ Sahabat
📖 A. Penciptaan manusia
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصَا رَ وَا لْاَ فْــئِدَةَ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
summa sawwaahu wa nafakho fiihi mir ruuhihii wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abshooro wal-af-idah, qoliilam maa tasykuruun
"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 9)
"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya."
(QS. As-Sajdah: 9)
Artinya: yang disebut manusia sejati adalah yang menerima ruh dari Allah.
📖 B. Ruh hanya urusan Allah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
wa yas-aluunaka 'anir-ruuh, qulir-ruuhu min amri robbii wa maaa uutiitum minal-'ilmi illaa qoliilaa
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.""
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu urusan Rabb-ku."
(QS. Al-Isra’: 85)
Ruh tidak bisa dicipta oleh manusia, sehingga “manusia buatan” tidak bisa memiliki hakikat yang sama dengan manusia yang Allah ciptakan.
📖 C. Akhlak dan tanggung jawab
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
laa yukallifullohu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat, robbanaa laa tu-aakhiznaaa in nasiinaaa au akhtho-naa, robbanaa wa laa tahmil 'alainaaa ishrong kamaa hamaltahuu 'alallaziina ming qoblinaa, robbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thooqota lanaa bih, wa'fu 'annaa, waghfir lanaa, war-hamnaa, angta maulaanaa fangshurnaa 'alal-qoumil-kaafiriin
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)
"Tidaklah Kami membebani suatu jiwa kecuali sesuai kemampuannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)
Artinya: hanya yang punya jiwa dan ruh yang dibebani akhlak dan tanggung jawab (taklif). Kalau tidak punya ruh — tidak punya taklif.
Jika kamu ingin lanjut, kita bisa bahas:
- Apa hukum menciptakan makhluk buatan ini?
- Apakah mungkin AI atau kloning mendapat ruh
- Bagaimana Islam menyikapi eksperimen penciptaan seperti ini?
Silakan lanjut!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar